68. Worried

203 37 9
                                    

Setelah memasukkan adiknya ke mobil, Jaemin mengendarai mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata.

Jujur, saat ini dia sangat khawatir dengan adiknya itu. Lelaki itu mengendarai mobil sesekali menengok ke belakang untuk melihat keadaan adiknya yang dia tidurkan di jok belakang.

Tidak lama, mobilnya sudah sampai dirumah. Langsung saja digendongnya tubuh adiknya memasuki rumah. Dia berlari menuju kamar adiknya, dibukanya pintu dengan keras.

Jaemin membaringkan tubuh gadis itu diranjang.

"Minyak kayu putih minyak kayu putih!"

Seperti orang kebingungan, Jaemin berjalan kesana kemari. Tetapi malah terlihat seperti mondar-mandir saja di dalam kamar ini.

Dia mencari minyak kayu putih di sekitar kamar adiknya itu. Setelah matanya menangkap botol panjang berwarna hijau, dengan cepat dia menghampirinya dan mengambil benda itu.

Pikirannya sudah kacau, dia tidak berpikiran membawa adiknya itu ke rumah sakit.

Pulang ke rumah rumah rumah.

Itu yang sejak tadi ada diotaknya.

Jaemin mendekat ke ranjang dan duduk ditepi ranjang. Lalu, mengoleskan minyak kayu putih itu ke sekitar bawah hidung adiknya, mendekatkan jarinya ke dekat hidung itu. Kalau terlalu banyak mengoleskan nanti bisa terlalu panas.

Tangan satunya juga sedikit dikibas-kibaskan diatas wajah itu.

"Please dek, bangun...." Jaemin menatap adiknya sangat khawatir sambil terus mengayunkan jari telunjuknya dengan minyak kayu putih itu.

"Adeeeek~! Mana martabaknyaaa??!!"

Mark berteriak dari luar dan berjalan ke arah kamar keponakannya. Lelaki itu tidak mengetahui jika Jaemin sudah pulang juga. Dia hanya mendengar pintu kamar terbuka dengan keras, lalu dia menghampirinya, ternyata kamar keponakan perempuannya terbuka lebar, yang dia langsung tahu, gadis itu pasti sudah pulang.

"Astaughfirullahalazim! Adek kenapa?!"

Mark membulatkan kedua bola matanya lalu berlari mendekat ke ranjang yang disitu ada dua keponakannya. Yang satu terbaring, dan yang satu tengah memasang wajah khawatirnya.

"Mas, adek kenapa?" lelaki itu menatap Shujin khawatir.

"Dia pingsan lagi, bang."

Jaemin menatap Mark sendu, dia merasa sangat bersalah tidak bisa melindungi adiknya. Meskipun dia sedang marah dengan adiknya, tetapi didalam lubuk hatinya, dia masih peduli dengan gadis itu.

Dia hanya kalut waktu itu.

Masih kalut karena kehilangan kekasihnya, dan lagi malah ada kabar menyebar jika yang membunuh kekasihnya itu adalah adiknya sendiri.

Emosinya langsung memuncak.

Antara percaya dan tidak percaya. Mulutnya yakin mempercayai foto itu, sehingga dia dapat berbicara seperti waktu itu kepada adiknya. Tetapi, hatinya juga yakin, bila adiknya tidak mungkin melakukan hal sejahat itu.

Halah mulutmu Min.

Dan dia tidak akan membiarkan adiknya seperti ini lagi. Tidak akan pernah.

"Gimana bisa?"

"Mas juga nggak tau, bang..."

Mark terus menatap Shujin khawatir, karena gadis itu tak kunjung bangun dari pingsannya.

"Bang, mas ke bawah dulu. Nanti kalo adek bangun dan tanya siapa yang nganterin dia, jangan bilang itu mas ya?"

Lelaki itu mengalihkan pandangannya menatap keponakannya. Mengerutkan keningnya.

[3] Hey, Stay Here | Na Jaemin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang