99. The Good Jeno

137 20 13
                                    

Lima hari berlalu. Kata Irene operasinya memang berjalan lancar, namun ada beberapa hal yang membuat gadis itu kembali koma. Tetapi itu tidak berpengaruh ke hal yang buruk.

Ya, Shujin masih belum bangun juga setelah operasinya lima hari yang lalu. Itu membuat Johnny dan Jisoo sangkat khawatir. Tetapi kata Irene, Shujin baik-baik saja.

Dan selama lima hari ini juga, Jeno tidak pernah absen mengunjungi gadis itu, menjengkuk gadis itu di rumah sakit.

Bahkan, Jeno sering menginap disini. Untuk menemani gadis cantik itu.

Jisoo kadang juga melarang, menyuruh lelaki itu untuk pulang, tapi Jeno tetap Jeno. Dia katanya ingin menjaga Shujin, karena sahabatnya itu tidak bisa di samping gadis itu saat ini.

Ya, Jaemin.

Ya sudah, Jisoo hanya bisa pasrah. Lagi pula, dia kadang sibuk juga, Yoona juga sedang sakit di rumah. Wanita satu itu tidak mau dibawa ke rumah sakit. Dari pada menyuruh adik lelakinya untuk merawat Ibunya, lebih baik dia sendiri yang turun tangan.

Kasihan Mark, dia juga sedang banyak kegiatan di kampusnya. Tidak apa Jisoo sebentar-sebentar meninggalkan putrinya itu.

Toh, sudah ada Jeno, Johnny juga, apalagi Seulgi, wanita itu juga sering berkunjung ke rumah sakit.

Bahkan Ibu Jeno, dia malah sangat menyarankan agar anak lelakinya itu sering-sering menemani Shujin di rumah sakit. Mendengar itu tentu saja membuat Jeno sangat semangat.

Dan Jisoo sangat berterima kasih akan hal itu. Entah kenapa waktu sangat bertepatan sekali, dia yang harus merawat Yoona yang sedang sakit, Johnny yang sangat sibuk mengurus perusahaannya, yang bahkan perusahaannya yang di Amerika pun sedang bermasalah. Lagi, Mark, sedang banyak sekali kegiatan kampus.

Jisoo bersyukur masih banyak orang yang menyayangi gadis itu, masih banyak orang yang dengan senang hati mengulurkan tangannya, untuk membantunya.

Ah, Wendy. Jisoo lupa, wanita itu juga sering berkunjung ke rumah sakit tentu saja.

Shujin ini memang kesayangan ibu ibu. Ibunya Haechan, dan Ibunya Jeno. Mereka semua berteman sejak kecil, makanya gadis itu juga sangat dekat dengan para ibu itu.

Ibu Jeno juga sudah menganggap gadis itu seperti anaknya, dia menyayangi gadis itu.

Sore ini, setelah pulang sekolah, seperti biasa, Jeno akan mengunjungi Shujin. Kakinya melangkah mendekati brankar.

Sepi, kamar ini sepi, tadi Jisoo menelepon nya jika wanita itu sudah pergi saat dia belum disini nanti.

Tidak apa-apa, Jeno mengerti itu.

"Siang, Shujin."

Jeno tersenyum dan meletakkan bunga mawar putih di vas bunga yang ada di atas meja. Titipan pesan dari Jaemin.

Lalu, lelaki itu duduk di kursi yang menghadap langsung ke gadis yang tengah diam berbaring. Tangannya perlahan terangkat dan menggenggam tangan lemas itu.

"Kapan kamu mau bangun?"

"Kak Jeno kangen ...."

"Kak Jeno khawatir, sama kayak pas dulu ...."

Dia terkekeh kecil dan menundukkan kepalanya, matanya mulai memanas. Sampai sekarang, dia masih sangat-sangat menyayangi gadis itu, masih sangat-sangat mencintai gadis itu.

Dan pada akhirnya sepertinya, dia memang hanya ditugaskan untuk menjaga gadis itu dari jauh, menyayangi nya, mencintainya, dari jauh, tanpa bisa memiliki.

Mengapa peran nya hanya itu? Mengapa peran nya ini terlalu menyakitkan baginya?

Jeno mengelus lembut tangan Shujin, sambil masih tersenyum dengan manisnya, meskipun gadis di hadapannya ini tidak akan melihat itu.

[3] Hey, Stay Here | Na Jaemin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang