6) I Miss You :)

87 9 4
                                    


Disinilah Anna berdiri. Di daerah gang sempit yang tersembunyi serta sepi. Ia sedang berdiri tepat di depan sebuah rumah sederhana dan terlihat gelap yang setatusnya menjadi mantan tempat singgahnya dulu.

Anna memandanginya dengan tatapan kosong, tetapi pikirannya tertuju pada memori masa lalu yang belum lama ini pergi. Meskipun  hanya sekedar rumah dan tidak ada kaitannya, tatapi entah mengapa Anna menjadi teringat pada Parangga.  Dia tidak mengerti mengapa bayangannya tentang cowok itu serasa terus mengikutinya.

Anna pulang sekolah lima jam yang lalu, usai dirinya berkelahi dengan Zaki dan mendapatkan apa yang ia cari. Guru menyuruh Devan untuk membubarkan kelas lebih awal dari jam yang seharusnya, karena katanya ada polisi yang akan bertugas untuk mengolah tempat kejadian perkara. Iya, di gor yang tadi pagi gadis itu kunjungi. Walaupun hanya gor saja yang diperiksa, namun pihak sekolah tetap membubarkankan seluruh kelas untuk pulang. Mungkin agar tidak ada gosip. Sebenarnya ada yang menyuruh Anna untuk pergi ke tempat kejadian perkara, tapi ia tidak mau dan memilih untuk pulang saja.

Toh pelaku yang membunuh Parangga bukanlah dirinya.

Bukannya Anna tidak peduli dengan Parangga, hanya saja setiap kali dia melihat kilas balik tentang pemuda itu, hatinya akan terasa tersayat

Senin kemarin kejadian tragis itu dilihat mata kepalanya sendiri secara sekilas, dan ia juga sempat melihat tubuh Parangga terkapar tak berdaya di lantai.

Anna kala itu ingin sekali menghampirinya. Namun, sialnya, salah seorang body guard suruhan Ayahnya datang dan menarik dirinya dengan paksa untuk pulang. Anna sungguh merasa menyesal karena tidak bisa ada disaat Parangga benar-benar terluka dan membutuhkan bantuannya.

Tetapi penyesalannya itu hanya sia-sia, semuanya sudah terlambat, tidak ada lagi yang bisa lakukan untuk mencegahnya terjadi.

Sinar yang menyinari gang tiba-tiba  meredup. Matahari sudah mulai tenggelam secara perlahan. Anna mendongak menatap langit di atasnya yang nampak mulai gelap dan suram. Sore sudah akan mulai memasuki malam. Gadis itu membuang napas gusar, kembali melihat rumah di depannya dengan tahapan sendu.

"Nona, mari kita pulang," ajak seorang supir yang tadi sempat Anna telfon untuk menjemputnya, lima menit yang lalu.

Anna menoleh lalu mengangguk, ia segera pergi meninggalkan gang tersebut dengan perasaan yang sulit untuk didefinisikan.

💚💚💚

Dikamar bercat hijau muda berpadu dengan lukisan bunga dandelion berwarna putih besar. Anna tengah diam, berdiri di depan jendela besar yang diberi gorden berwarna putih tipis.

Sudah sepuluh menit lebih setelah dirinya mandi, Anna masih melamun di depan jendela ditemani oleh semilir angin yang menyapu setiap inci wajahnya, serta meniup rambut dan gorden jendelanya dengan lembut.

Anna mencengkeram kuat-kuat tralis jendela, ia mati-matian menahan matanya yang memanas usai membaca chat dari Fahmi yang dikirim kemarin sore. Isi chat tersebut berisi pemberitahuan tentang kematian Parangga. Tepatnya sore kemarin saat hujan lebat, Fahmi mengatakan bawah jasat Parang dikebumikan di pemakaman kota.

Sebenarnya, Anna ingin sekali datang, tetapi Ayah dan Abangnya-Genta melarang, karena kemarin hujan turun dengan sangat lebat.

Yang hanya bisa Anna lakukan saat ini hanya terus berlarut-larut dalam dasar penyesalan. Isi otaknya berisi berbagai macam andai-andai. Andai dia bisa menghabiskan lebih banyak waktu dengan Parangga, Andai dia tahu kalau Parangga sedang dalam bahaya saat itu dan berbagai andai-andai lain yang membuat kepala Anna terasa berat.

Parangga [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang