Mata Darrel langsung melebar. "Thur, tolong anterin Alika pulang."Tanpa menunggu jawaban dari Arthur, Laki-laki itu pun langsung berlari kencang.
"Tapi.." Senyum Alika perlahan mulai luntur. Ia ingin menghentikan Darrel, tetapi percumah karena jarak diantara mereka berdua tidak akan membuat suaranya terdengar.
"Aku anter_"
"Nggak usah!" tolak Alika sebelum laki-laki culun itu menyelesaikan kalimatnya.
Tanpa ba bi bu, gadis itu melenggang pergi, meninggalkan Artur yang kebingungan seorang diri.
🌻🌻🌻🌻
Meski tahu, berlari akan membuat jantungnya menjadi sakit, Darrel tetap nekat untuk melakukannya. Ia seolah menganggap bahwa penyakit yang dideritanya hanya penyakit ringan.
"DARREL!"
Darrel yang sedang berlari, lantas berhenti dan berbalik badan. Valdo berlari kencang menghampirinya.
"Gue liat Ann.. na di..culik!" ujar Valdo dengan dada naik turun.
Tubuh Darrel membungkuk, kedua tangannya memegangi lutut. "Gue tau, Val."
"Kalau gitu lo harus bertindak!" teriak Valdo emosi.
"Gue tau, " lirih Darrel masih dalam fase menetralkan napasnya. "Tapi, gue harus cari dia kemana Val?"
Tiba-tiba saja, Valdo melempar sebuah kain kecil, tepat seusai Darrel bertanya.
Refleks Darrel pun menangkapnya, ia menatap orang yang baru saja melemparnya dengan tatapan penuh tanda tanya.
"Ini apa?"
Valdo berdecak kecil. "Buka aja."
Tanpa berlama-lama, Darrel lantas membukannya.
Mulut pemuda berambut hitam rapi itu komat kamit membaca tulisan yang tertera dalam selembar kain kecil berwarna hitam ditangannya.
Selepas membacanya, tangan Darrel meremas kuat-kuat kain tersebut. "Ferdy!"
Mimik wajah Valdo yang semula panik kini berubah menjadi syok. "Lo kenal?"
Darrel mengangguk pelan. "Nggak seharusnya ini terjadi."
"Ya kita mana taulah, kalau kejadian ini bakal terjadi. Lo gimana sih? Kalau nyulik ijin dulu sudah dapat dipastikan namanya bukan penculikan," ujar Valdo tiba-tiba sok bijak.
Darrel menatap Valdo serius. Melihat tatapan mata Darrel, nyali Valdo seketika menghilang. Lagipula, ada-ada saja tingkah beliau pencinta buah semangka ini.
"Ha? Gimana-gimana, Val?"
🌻🌻🌻🌻
Brukc!
Kanaya membuang serangam basahnya ke lantai dengan muka datar. Arah pandangannya beralih menghadap cermin di depan wastafel toilet sekolahan.
Saat ini Kanaya sudah memakai seragam olahraga milik Darrel yang ukurannya agak sedikit kebesaran di badannya.
"Nyusain aja," bisik Kanaya tanpa suara, hanya gerakan ringan di bibir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Parangga [√]
Teen Fiction[Part Lengkap] "Parang? Kenapa sih setiap kamu dibully, bukannya nangis kamu malah senyum?" Parangga terkekeh pelan. "Itu karena aku tidak ingin menunjukkan sisi lemahku kepada mereka." "Hm?" "Jadi begini, jangan pernah menunjukkan sisi lemahmu ke...