19) Undangan

38 9 0
                                    


Senyuman yang tercetak jelas pada wajah cowok di belakang sana berhasil membuat Anna terdiam sesaat, mencerna dengan baik ucapannya barusan.

Anna dibuat berpikir keras untuk mengingat-ingat tentang perbuatan baik apa yang pernah dilakukan oleh cowok itu, atau ada perjanjian apa antara dirinya dan dia, sehingga ucapan Darrel tadi terkesan seolah meminta balas budi padanya.

Dengan ragu, Anna berjalan menghampiri Darrel. Saat sampai di depan cowok itu, dia menatapnya dengan tatapan Aneh.

"Balas budi apa maksud lo?" tanya Anna tidak mengerti. "Emang gue punya utang budi sama lo?"

Darrel mengangguk tanpa ragu. "Punya, makannya mau gue tagih."

Anna tertegun mendengar jawabannya. "Kapan? Jangan ngaku-ngaku deh, gue nggak pernah punya utang budi sama lo tuhh."

"Itu lo-nya aja yang nggak ngerasa."

"Emang apa yang pernah lo lakuin ke gue, sehingga lo minta bayaran atas perlakuan lo itu?" desak Anna meminta penjelasan.

"Nganterin lo ke moll," jawab Darrel dengan entengnya.

"Soal itu?" tanya Anna tercengang. "Jadi lo nggak ikhlas nolongin gue, gitu?"

Apa rencana sebenarnya yang dibuat oleh cowok ini, hingga Anna bisa terjerat dengan setiap perangkap permainannya.

Sampai-sampai kepala gadis itu menjadi terasa berat akibat memikirkan tentang balas budi yang sangat membuat dirinya dibuat tidak habis pikir. Kalau dipikir-pikir, mengapa Darrel membantu tetapi bukan dengan niat ikhlas ingin membantu, melainkan meminta balas budi? Bukankan akhlaknya seperti tidak dipakai? Setidaknya kalau tidak ikhlas menolong dengan tulus, ya tidak udah menolong. Toh prinsip tolong menolong itu didasari atas suatu keikhlasan yang tulus.

"Gue minta balas budi karena gue merasa saat lo dibantu malah nggak menghargai gue."

Anna membelalakkan matanya, ia dibuat tercengang oleh kata-kata yang baru saja dilontarkan oleh Darrel. "Apa? Bukannya gue udah bilang makasih?!"

"Em hm." Darrel mengangguk-anggukkan kepalanya mantap. "Tapi kayak nggak bener-bener tulus."

"Nggak tulus gimana?" seketika jiwa-jiwa lemot Anna kembali muncul.

Darrel menepuk keningnya sendiri sambil geleng-geleng kepala. "Ya kayak lo terpaksa, nggak ikhlas gitu."

"Eh, lo kok malah memutarbalikkan fakta, sih? Bukannya lo yang nggak ikhlas?"

Aduh, ini kenapa topiknya malah jadi berputar-putar begini? Darrel menjadi kebingungan harus menjelaskannya darimana. Yang pasti membuat orang lemot seperti Anna untuk bisa paham itu membutuhkan kesabaran extra, dan tentu saja dia harus rela menjelaskannya secara detail.

"Waktu itu, setelah gue anterin lo sampai rumah. Pas gue mau ngomong sesuatu lo langsung pergi kan?"

Anna diam mencermati penjelasan dari Darrel yang masih belum lengkap. "Ya terus?"

"Itu udah menjelaskan, kalau lo nggak ikhlas bilang makasihnya," lanjut Darrel menahan diri untuk tidak emosi.

"Tuh kan lo emang sengaja putar balikkan fakta. Padahal jelas-jelas elo yang nggak ikhlas, bangsat! Kenapa malah bilang gue kaga ikhlas?"

Ya Tuhan!

Darrel mengusap wajahnya gusar, mengapa gadis yang satu ini sulit sekali mencerna penjelasan darinya? Tolong siapa saja yang punya kamera, letakan di depan Darrel. Dia sudah tidak kuat lagi ingin melambaikkan tangannya di depan kamera karena kelemotan Anna.

Darrel menarik napas panjang, kemudian menghembuskannya secara perlahan. Kali ini dia harus menjelaskan dengan lebih detail. "Gini loh_"

Ting!

Parangga [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang