Putar lagu : Sang Dewi Lyodra (up to you sih, itu cuma rekomendasi dari aku)
.
"Katanya kalau berbohong demi kebaikan itu tidak apa-apa. Lantas, jika aku melakukan suatu larangan demi kebaikan, apakah akan sama juga?"
Selamat membaca, dan tolong tinggalkan jejak.
🥀
Meski sudah memasuki waktu sore dan langit mulai nampak suram, gerbang SMA Trisatya masihlah terbuka.
Anna masuk ke dalam kawasan sekolahan yang sepi, setelah mendapatkan izin dari tukang kebun yang hari ini berjaga di pos satpam.
Gadis itu berjalan cepat penuh kecemasan yang menguasai dirinya. Entah mengapa perkataan Parangga tadi membuat perasaan tidak mengenakan bersarang di dadanya.
Kelas demi kelas Anna lalui secepat yang ia mampu. Andai kakinya tidak terasa pegal, mungkin Anna akan memilih untuk berlari saja.
Banyak kelas ia lewati. Sekarang gadis itu sudah sampai di depan studio band yang ada di lantai tiga dan berapa meter jaraknya dengan perpustakaan.
Napasnya memburu karena kelelahan. Tapi dia tetap bersikeras untuk berjalan. Sesampainya di tangga samping perpustakaan. Anna berhenti sejenak, mencengkram kuat tralis besi tangga dan mengatur napasnya.
Hanya butuh dua menit bagi Anna untuk menetralkan deru napasnya. Dan dirinya pun kembali menaiki tangga, namun dengan langkah pelan.
Pintu rooftop terbuka lebar. Anna lantas segera masuk.
Di atas atap perpustakaan itu. Anna melihat tubuh tegap laki-laki berjas seragam yang jasnya melayang-layang terkena angin.
Anna berlari kecil, lalu memeluk tubuh itu dari belakang.
Grep!
Tubuh Parangga tersetak sedikit ke depan, akibat dari dorongan yang dilakukan oleh seseorang yang baru saja memeluknya.
"Kenapa kamu belum pulang?"
Parangga tersenyum miris, menatap tangan Anna yang melingkar di perutnya.
Aku pasti pulang, An. Dan.. nggak akan kembali lagi.
Kata-kata yang terucap di batinya, membuat dadanya nyeri. Entahlah rasanya sakit sekali bagi Parangga, padahal dia sendirian yang mengatakannya.
Kedua bahu Parangga turun, setelah embusan napas gusar keluar dari mulutnya.
"Aku masih pengen cari angin," ucap Parangga beralasan. Memang dia berbohong, tetapi tidak sepenuhnya.
Tangan Anna melongar. Dia berniat untuk melepaskannya tetapi tangan Parangga menariknya kembali, meminta agar Anna tidak melepaskannya.
Sentuhan tangan Parangga terasa dingin, sedingin es saat menempel pada kulit Anna.
"Kamu lagi sakit?" tanya Anna cemas, dan mulai merasa hawa ketakutan perlahan menguasai dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Parangga [√]
Roman pour Adolescents[Part Lengkap] "Parang? Kenapa sih setiap kamu dibully, bukannya nangis kamu malah senyum?" Parangga terkekeh pelan. "Itu karena aku tidak ingin menunjukkan sisi lemahku kepada mereka." "Hm?" "Jadi begini, jangan pernah menunjukkan sisi lemahmu ke...