Anna mengangguk kaku. Karena percumaj saja jika dirinya menggeleng, ia tidak yakin Darrel akan melepaskannya dengan begitu saja.Melihat reaksi Anna, seulas senyum tipis tersungging di bibir Darrel. Ia pun segera membungkukkan badannya seraya menjulurkan sebelah tangan kanannya.
Anna diam membeku, merasakan perasaan aneh yang sulit untuk didefinisikan.
Yang terjadi saat ini seperti impian Anna sewaktu kecil, tetapi dia tidak tahu harus senang atau menganggap ini sebagai mimpi buruk.
Ragu-ragu, gadis itu pun meletakkan telapak tangannya tepat di atas telapak tangan Darrel. Setelah itu Darrel mendongak dan...
Cup!
Kecupan singkat berhasil mendarat di atas punggung tangan Anna. Banyak dari tamu yang hadir merasa iri melihat kejadian yang baru saja mereka lihat secara langsung, termasuk Alika yang langsung menjadi masam dan menyesal karena menghadiri pesta ini.
Namun di balik itu semua, ada juga beberapa yang merasa baper.
Alunan musik klasik dari biola dan piano yang kini dimainkan, langsung membuat Darrel refleks menarik tangan Anna, mencekam sela-sela jarinya dan sebelah kiri tangannya melingkar erat pada pinggang Anna.
"Bentar!" bisik Anna sebelum Darrel memulai gerakan.
Darrel mengeryit bingung, menunggu gadis itu kembali membuka suara.
"Gue...nggak bisa dansa," lirih Anna menundukkan kepalanya.
"Jangan khawatir. Yang harus lo lakuin sekarang adalah jangan panik."
Rekan dansa Darrel itu mengangkat kepalanya. "Tapi, ntar malu-maluin! Mending biar Alika aja yang dansa sama lo."
Sebelum Anna pergi, dengan cepat Darrel mencekal tangan kirinya. Kedua mata indah cowok itu menatap lekat Anna sebari meletakkan tangan gadis itu di pundaknya.
"Lo harus tenang dan percaya diri," ujar Darrel meyakinkan Anna. "Percaya juga sama gue, dan terus tatap mata gue, An. Jangan berpaling sampai selesai!"
Alunan klasik masih terus berlanjut. Kaki Anna bergerak gelisah di lantai, sedangkan matanya meratap sepatu kaca yang ia kenakan.
"Tolong...percaya sama gue, An."
Kepala Anna terangkat beserta dengan kedua kelopak matanya. Kedua matanya berkedip, membalas tatapan Darrel. Berapa detik kemudian mereka berdua mulai menari mengikuti iringan musik yang mulai membuat mereka terhanyut dalam suasana romantis.
Beberapa tamu yang berpasangan, sangat antusias berdansa di sekitar Darrel.
"An, gue boleh ngomong sesuatu?" tanya Darrel dengan nada lembut.
"Apa?"
"Sekarang jangan pikirin sesuatu yang bikin lo merasa terbebani."
Setelah mendengarnya, Anna mengangguk samar tanpa mengalihkan pandangannya pada iris mata Darrel.
Sudah sekitar 15 menit mereka berdua berdansa, dan musik sudah akan memasuki akhir, pertanda bahwa dansanya akan segera berakhir.
"Sudah siap untuk gerakkan terakhir?"bisik Darrel bertanya.
Anna mengangguk pelan tanpa keraguan. Ia harus percaya pada Darrel atau kalau tidak dia malah akan membuat masalah.
Dan Darrel mulai memindahkan tangan kirinya yang berada di pinggang Anna bergeser ke punggung untuk menahan tubuh gadis itu. Tubuhnya pun mulai membungkuk dan berhenti tepat saat musik selesai.
Melihat Darrel yang berada di atasnya membuat Anna membeku di tempat. Kedua matanya pun masih terpaku pada kedua pasang mata berwarna coklat milik cowok itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Parangga [√]
Teen Fiction[Part Lengkap] "Parang? Kenapa sih setiap kamu dibully, bukannya nangis kamu malah senyum?" Parangga terkekeh pelan. "Itu karena aku tidak ingin menunjukkan sisi lemahku kepada mereka." "Hm?" "Jadi begini, jangan pernah menunjukkan sisi lemahmu ke...