"Bukan sekarang, tapi suatu saat lo pasti bakal tau," jawab Anna dengan suara bergetar.Darrel memakluminya. "Ya udah kalau gitu, nanti sore jadwal les-nya di rumah gue. Jangan datang terlambat."
.
Berapa hari berlalu. Dan saat yang ditunggu oleh murid-murid pun telah tiba. Penilaian Akhir Semester, atau PAS semester 1 pun berlangsung hari senin ini. Semua murid SMA Trisatya dari kelas 10, 11, dan 12 telah di campur dalam beberapa ruang.
Meja-meja telah ditata rapi, tak lupa dengan nomor tempel di masing-masing sudut meja, serta ruangan yang bersih -terbebas dari sampah masyarakat, hasil kerja bakti murid-murid penghuni kelas pun menambah kesan kenyamanan pada pagi hari ini.
Pak Hardi selaku guru kimia kelas 11 mendapat jadwal piket jaga hari ini, telah selesai membagi beberapa lembar kertas jawab kepada satu persatu murid yang duduk di bangku depan, agar nanti disalurkan dengan mudah ke deret belakang.
"Baik, sebelum mengerjakan. Silahkan kalian berdo'a sesuai kepercayaan masing-masing," titah Pak Hardi dari depan. "Berdo'a, mulai!"
Seketika ruangan menjadi senyap. Semua murid menunduk untuk berdoa.
"Baik, berdoa selesai." Suara guru kimia itu mengintrupsi. "Silahkan kerjakan dengan jujur dan teliti. Jangan terburu-buru, karena waktunya masih lama. Semoga sukses."
Bunyi kertas dibuka, langsung mendominasi ruangan yang hening tanpa suara manusia itu.
Anna menatap takut soal-soal pilihan ganda yang terdiri dari 50 butir dan 5 esay di kertas putih yang ia pengang. Gigi atasnya mengigit bibir bawahnya, cemas. Ia benar-benar takut materi yang ia pelajari dari minggu tidak keluar. Kan tidak lucu kalau dia harus dicoret dari KK, padahal KK keluarga Aldentara masih terbilang baru. Kasihan pak lurah, dan jajaran orang yang berperan penting lainnya, kalau harus merevisi lagi.
Bangku-bangku di ruangan 9 ini di tata menjadi dua buah pada setiap deretnya. Anna mendapat tempat duduk di baris pertama sebelah kiri deret ke 2 dan duduk bersama dengan seorang laki-laki kelas 12.
Anna mengembuskan napasnya dari mulut, ia mulai memantapkan niatnya untuk mengerjakan. Soal pertama pun langsung ia baca dan cermati.
Darrel yang duduk tepat di belakang Anna, mendongakkan kepala kala mendengar suara helaan napas dari garis tersebut.
"Semangat, An." batin Darrel tersenyum samar.
.
Waktu yang diberikan untuk mengerjakan satu mata pelajaran untuk sesi pertama ini adalah 90 menit. Tapi percaya tidak percaya, dalam waktu 30 menit saja sudah ada yang meletakkan bolpoin di atas meja, sebagai pertanda dia telah selesai mengerjakan.
Karena mayoritas murid-murid ruang 9 selesai mengerjakan dalam waktu kurang lebih 30 menit. Maka dengan terpaksa, pak Hardi pun memperbolehkan mereka untuk keluar.
Yang tersisa di ruang 9 hanyalah Darrel, dan Kiki saja. Yang lain langsung buru-buru menuju kantin untuk mengisi perut.
"Anna!" Kepala Anna mendongak. Terlihat dari radius 5 meter, Tara dan Kanaya melambai-lambaikkan tangannya ke atas seperti orang yang terdampar di pulau.
Senyum Anna mengembang. Dengan cepat, Anna berlari kecil menghampiri keduanya.
"Loh? Gue kira kalian belum keluar," kata Anna berjalan beriringan diantara keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Parangga [√]
Ficção Adolescente[Part Lengkap] "Parang? Kenapa sih setiap kamu dibully, bukannya nangis kamu malah senyum?" Parangga terkekeh pelan. "Itu karena aku tidak ingin menunjukkan sisi lemahku kepada mereka." "Hm?" "Jadi begini, jangan pernah menunjukkan sisi lemahmu ke...