Siapa yang datang ke rumahnya, malam-malam begini? Dia cowok? Hm, apa mungkin Parangga? Ah tidak, itu mustahil, dia kan sudah tiada.
Firasat Anna mulai tidak enak. Ia takut laki-laki yang datang itu adalah salah satu orang yang sempat dia kerjai di sekolahan tadi pagi. Membayangkan jika memang tebakannya terbukti benar, membuat nyali Anna seketika menciut.
Genta tiba-tiba berdiri dan langsung berjalan menghampiri Raharja yang masih berada di balik pintu.
"Bang mie-nya_"
Mata gadis itu bergerak ke bawah, tepatnya ke arah meja dan yang ia lihat adalah dua buah mangkuk, yang satu masih terisi banyak mie sedangkan yang satunya lagi hanya tersisa kuahnya saja.
Cepat sekali Genta menghabiskannya.
"Wah, lo udah punya pacar nih, dek?" goda Genta menaik-turunkan kedua alisnya.
"Wah Ibu jadi penasaran," sahut Maya dengan mata berbinar-binar.
Anna menelan salivanya pelan, kemudian mengusap lehernya merinding, seolah ada arwah yang baru saja menyerempet dirinya. Sungguh, perasaannya kali ini tidak enak!
"Ya udah ayo! Kita harus sambut dia," ajak Genta yang mendapatkan keantusiasan dari kedua orang tuanya.
Genta dan Raharja sudah lenyap dari ambang pintu. Mereka melesat begitu saja tanpa menunggu Anna. Gadis berambut hitam bergelombang itu mengembuskan napas berat, berharap semoga saja yang datang bukan Zaki. Kalau tidak, tamatlah riwayatnya!
"Kamu habisin dulu makannya ya sayang, Ibuk tunggu di bawah."
Mulut Anna setengah terbuka. Entah mengapa rasanya sulit sekali mengeluarkan suaranya untuk menghentikan mereka.
Tidak lama kemudian, Maya juga keluar meninggalkan kamar Anna untuk menyusul putra sulung dan suaminya di bawah.
Anna bernapas gusar memandang semangkuk mie yang terlihat mengembang. Gara-gara kedatangan laki-laki yang belum ia ketahui itu, ia jadi kehilangan selera makannya karena penasaran.
Merusak momen bersama keluarga saja orang itu!
Tidak ingin membuang-buang waktu, gadis itu segera memakan mie-nya dengan brutal seperti orang yang tidak makan selama satu minggu.
Sebenarnya, Anna bisa saja meninggalkan makanannya ini untuk menyusul dan melihat siapa laki-laki yang datang ke rumah untuk menemuinya itu, akan tetapi nanti mie-nya malah menjadi bubur dan berakhir sia-sia.
Tidak sampai 5 menit, mie miliknya sudah habis dan menyisakan kuah seperti milik Kakaknya. Anna segera bergegas pergi meninggalkan kamar dengan mulut penuh mie.
Saat berjalan, mulutnya terus bergerak mengunyah, sementara otaknya sendiri berusaha berpikir dan menebak siapa nama orang yang datang. Bagus sekali, anggota tubuhnya itu bekerja 3 bagian sekaligus.
Kaki jenjang Anna bergerak menuruni tangga. Dari atas, ia bisa sekilas melihat ayahnya dan Kakaknya sedang ngobrol di ruang tamu dengan seorang laki-laki berambut klimis rapi. Anna mengamatinya curiga, rambutnya itu sangar nampak familiar di mata Anna.
Anna menelan sisa mie di mulut, kemudian berlari dan berhenti tepat di depan laki-laki itu.
"Hai." laki-laki itu melambaikan tangannya ke arah Anna. "Gimana kondisi kamu, An?
Ya Tuhan! Ternyata laki-laki kaku yang datang. Anna tidak habis pikir, kapan sih dia akan kapok?
Genta mengerakkan kepalanya ke arah adiknya dengan raut wajah penuh tanda tanya." Kondisi? Maksudnya? "
"Kalian tidak tau? Tadi Anna itu_"
"Pingsan pas olahraga!" sela Anna dengan cepat.
Devan, Genta, sekaligus Raharja menatap Anna secara bersamaan. Mata mereka bertiga sama-sama tak berkedip selama beberapa detik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Parangga [√]
Teen Fiction[Part Lengkap] "Parang? Kenapa sih setiap kamu dibully, bukannya nangis kamu malah senyum?" Parangga terkekeh pelan. "Itu karena aku tidak ingin menunjukkan sisi lemahku kepada mereka." "Hm?" "Jadi begini, jangan pernah menunjukkan sisi lemahmu ke...