"Padahal, hal-hal yang kita lakukan dulu begitu menyenangkan. Tetapi setelah menjadi kenangan, mengapa rasanya begitu menyakitkan?"
*🌻🌻*
Vote dulu biar nggak lupa. Dan kasih rekomendasi cerita ini ke teman-teman kalian ya, pren.
****
Semua orang yang berada di dalam ruangan tersebut tercekat dengan penuturan Arya.
Sementara itu, Valdo berbalik dan menatap sepupunya dengan iba. "An, lo_"
Gadis yang sudah seperti patung itu berlari sekuat tenaga hingga bahunya menubruk orang-orang yang menghalangi jalannya termasuk sepupunya, ia pergi meninggalkan ruangan kelas tersebut secepat yang ia bisa.
"An, lo pulang bareng gue!" teriak Valdo, namun tak dihiraukan oleh Anna yang sudah keluar dari kelas.
Valdo menatap serius wajah siswi-siswi yang merundung sepupunya. "Ini sebenarnya ada masalah apa?"
Satu detik...
Dua detik...
Sepuluh detik...
Lima belas detik...
Tidak ada sahutan dari salah seorang pun.
"GUA NANYA ITU DIJAWAB, BANGSAT!" bentak Valdo yang berhasil membuat para siswi-siswi terpelonjak kaget.
Dan setelah itu langsung ada seorang siswi yang mengangkat sebelah tangannya ke atas dengan ragu-ragu. "An-anna tadi ciuman sama Devan, dan fotonya kesebar."
***
Benar-benar keterlaluan! Semua orang keterlaluan! Pertama Devan yang berani-beraninya mengambil firsh kissnya, kedua orang yang menyebar foto, dan yang terahir, para kaum-kaum laknat yang membully Anna habis-habisan.
Rasa sesak, kesal dan sedih dalam diri Anna bercampur menjadi satu. Dan itu baru batinnya saja, sedangkan fisiknya terasa remuk dan nyeri.
Seandainya kejadian menyebalkan hari ini bisa dilewati, maka akan Anna akan memilih untuk melewatinya detik ini juga. Namun tidak bisa, karena segala sesuatunya itu butuh proses.
Gadis yang terlihat berantakan sana sini dan penuh tepung itu, saat ini sedang berdiri di depan wastafle toilet sekolahannya sembari menatap pantulan dirinya di cermin.
Kejadian tadi masihlah terngiang-ngiang di benak Anna.
Anna menatap penampilan mirisnya dengan mata berkaca-kaca.
"AGRHHHHH!!"
Anna berteriak sekencangnya sambil menutup telingannya untuk meluapkan segala hal bersarang di dada serta pikirannya.
Gadis itu membanting tas-nya ke sembarang tempat. Ia segera masuk ke dalam salah satu bilik toilet dan langsung mengambil gayung lalu menciduk air di dalam bak kecil di sudut bilik ,ia mengguyur badannya dengan gerakan cepat dan berkali-kali. Bahkan sampai menggosok-gosok rambutnya dengan kuat.
Anna tak mempedulikan dinginnya air di dalam bak. Yang ia pedulikan sekarang hanya tubuhnya haruslah bersih.
Brak! Brak! Brak!
KAMU SEDANG MEMBACA
Parangga [√]
Novela Juvenil[Part Lengkap] "Parang? Kenapa sih setiap kamu dibully, bukannya nangis kamu malah senyum?" Parangga terkekeh pelan. "Itu karena aku tidak ingin menunjukkan sisi lemahku kepada mereka." "Hm?" "Jadi begini, jangan pernah menunjukkan sisi lemahmu ke...