62) Selesai PAS :)

17 4 0
                                    


"Apa?"

Devan menghela napas sekejap. "Tapi, gue mau lo jujur."

Anna memutar bola matanya malas. Ia pikir kebiasaan lama cowok menyebalkan di depannya ini sudah hilang. Ternyata masih sama. Basa-basi sebelum menuju inti, buang-buang waktu saja!

"Maksut lo gimana?" tanya Anna meminta penjelasan. "Gue juga belum tau apa pertanyaan dari lo, gimana gue bisa jawab dengan jujur."

"Gue sengaja ngasih tau di awal. Biar lo bisa bener-bener jujur. Lo ngomong kayak gitu, bikin gue mikir kalau lo bisa aja bohong."

Anna mengembuskan napas gusar. Disaat dirinya sedang lapar-laparnya begini, ia malah harus buang-buang tenaga dengan cara berdebat hanya gara-gara masalah sepele.

"Tinggal kasih tau aja sih lo mau nanya apa, ribet amat!" cibir Anna tidak sabar.

Selain karena perutnya kosong minta diisi asupan nutrisi. Kedua temannya juga pasti masih menunggunya di kantin.

"Ya udah. Lo suka sama gue atau nggak?" tanya Devan dengan cepat.

Hening sesaat.

Anna tercengang. "Itu doang?"

Devan mengangguk dengan serius. Ia berharap kali ini usahanya tidak akan sia-sia.

"Nggak!" Tolak Anna mentah-mentah.

Begitu menjawabnya, Anna langsung berbalik badan berniat ingin pergi, namun Devan berhasil mencekal pergelangan tangannya.

"Jangan bohong, An." Devan mencengkram tangan Anna semakin kuat saat gadis itu terus memberontak.

"Apa sih orang gue jujur!" ujar Anna sembari berusaha melepaskan tangannya.

"Kalau gitu liat mata gue, kalau lo emang nggak bohong."

Tanpa berpikir panjang, Anna pun langsung menurutinya. Ia menatap kedua manik mata Devan dengan sorot kebencian.

"Lepasin nggak!"

"Enggak, sampai lo jujur."

"Tapi gue udah jujur."

"Lo bohong!"

Dari radius 10 meter Darrel datang dari balik tikungan kelas. Matanya gencar mencari keberadaan dari sumber suara yang ia dengar. Setelah memastikan Davina tidak mengalami cidera serius, Darrel pun bergegas untuk mencari Anna. Ia cemas, gadis itu akan kenapa-napa.

Dan benar saja, dari balik pilar, Darrel melihat Anna tengah berusaha keras untuk melepaskan diri dari Devan.

Darrel pun langsung mengambil ancang-ancang untuk berlari, namun suara Devan berhasil mengurungkan niatnya. "Surat cinta dari lo waktu itu maksutnya apa?"

"Tapi sekarang_ DARREL TOLONG!" teriak Anna begitu melihat keberadaan Darrel yang hanya diam jauh dari tempatnya berada.

Dengan ragu-ragu Darrel melangkahkan kakinya maju.

"Gue bakal pastiin, suatu saat lo pasti bakal datang ke gue. Dan lo bakal jadi pacar gue, An."

"Lepasin sakit!" sentak Anna namun tidak direspon oleh Devan.

"DARREL, TOLONGIN! AGRH!!" mata Anna berkaca-kaca. Namun, laki-laki yang ia tunggu untuk menyelamatkan dirinya, jalannya lambat sekali, tidak seperti biasanya. Entah apa yang terjadi padanya.

Darrel tidak bisa berpikir jernih untuk saat ini. Jantungnya berdenyut cepat hingga menimbulkan rasa nyeri yang dasyat, dan perkataan Devan pun langsung meracuni pikirannya.

Sekarang Darrel berjalan dengan tatapan yang sulit diartikan seperti orang ling-lung.

Teriakan minta tolong dari Anna terdengar senyap. Darrel merasa dirinya begitu hampa. Untuk situasi yang seperti ini Darrel tidak tahu bagaimana cara menghentikannya.

Parangga [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang