"Pelangi itu kalau diibaratkan sama kayak orang baik. Nggak akan selalu datang, dan bisa hilang kapan saja. Kalau pelangi dinikmati keindahannya, kalau orang baik harus dihargai keberadaanya. Maka selagi masih ada, harus dijaga."
🌷🌷🌷🌷
Tara keluar dari dalam bilik toilet setelah mematikan keran WC yang ia nyalakan untuk mengumpulkan air di dalam bak.
cewek berambut coklat hazel itu menghampiri tasnya yang tergeletak di dekat wastafel. Kemudian, ia menekan sabun yang tersedia, lalu menyalakan keran dan mencuci tangannya hingga bersih.
Pantulan wajahnya yang tersenyum manis di cermin, mengakhiri kegiatannya. Tara menarik tisu, mengelapkan pada sela-sela, dan telapak tangannya dengan cepat kemudian membuang gumpalan tisunya ke dalam tempat sampah.
Tangan Tara bergerak menyambar tasnya, gadis itu segera keluar. Namun sesampainya di luar ia tak menemukan keberadaan satu orang pun.
Dia menolehkan kepalanya ke sekeliling untuk mencari keberadaan seorang laki-laki yang ia suruh untuk menunggu di luar.
"Lah? Iqqi kemana?"
Di tempat, dan waktu yang sama. Darrel keluar dari toilet.
Saat kepala Darrel menoleh ke kanan matanya secara refleks bertemu dengan mata Tara. Sedang apa gadis itu di sini?
"Lo liat Rizqi nggak?" pertanyaan itu berhasil menjawab rasa penasaran Darrel yang belum sempat ia kemukakan.
Darrel mengangguk. "Tadi sih di situ." tangan Darrel terulur untuk menunjuk ke arah belakang Tara.
Tara mengikuti arah tangan Darrel, hingga tubuhnya berbalik ke belakang.
Kemudian desahan berat pun keluar dari mulut Tara, bersamaan dengan turunnya kedua bahunya."Yah, dia udah nggak di situ lagi."
Kepala gadis itu menoleh kembali ke Darrel. "Lo liat setelah itu dia kemana nggak?"
Darrel menggeleng pelan.
Ada gurat kecewa yang napak ketara di muka Tara. Darrel yang melihatnya pun menjadi merasa iba.
"Kayaknya lo ditinggal. Mau pulang bareng gue?"
Tanpa berpikir, Tara langsung mengangguk setuju. Kemudian gadis itu mencangklong ranselnya yang sendari tadi ia tenteng.
Darrel berjalan mendahului Tara. Kemudian Tara berjalan di belakang -membuntutinya. Hal ini dia lakukan karena tidak terbiasa bersama Darrel dan itu cukup membuatnya merasa canggung untuk menyamai langkahnya.
~🌻🌻🌻🌻🌻~
"Hujan. Nggak papa kan, kalau hujan-hujanan?" Rizqi menoleh ke belakang, melihat Anna yang berdiri di bawah pohon rindang dekat tempatnya memarkirkan sepeda.
Kalau boleh jujur, sebenarnya Anna tidak suka. Tau sendiri, hujan akan membuatnya lembab atau pun demam.
Tapi, memang dia punya pilihan lain?
Jawabannya tentu saja punya, tetapi itu akan mengagalkan rencananya untuk memamerkan Rizqi di depan kang salak Vrindafan.
Anna menggelengkan kepalanya pelan, sambil memaksakan senyum. "Nggak masalah kok kak."
Berdusta sekali memang. Tapi itu adalah jawaban yang sekiranya cocok untuk ia ucapkan.
"Iqqi!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Parangga [√]
Teen Fiction[Part Lengkap] "Parang? Kenapa sih setiap kamu dibully, bukannya nangis kamu malah senyum?" Parangga terkekeh pelan. "Itu karena aku tidak ingin menunjukkan sisi lemahku kepada mereka." "Hm?" "Jadi begini, jangan pernah menunjukkan sisi lemahmu ke...