5) Berantem :)

100 11 4
                                    

Tinggalkan jejak pren, jangan pelit-pelit, ntar kuburannya sempit.

~🌻🌻🌻~

Saat ini Anna sedang berada di kelas. Duduk dengan santai sembari mendengarkan musik yang tersalur dari handphone menuju earphone yang tersumpal di kedua telinga.

Sebenarnya Anna masih ingin di luar dan melihat hasil dari rencananya. Ia penasaran bagaimana penampilan Riko sesudah dicukur. Sayangnya Pak Herlambang terlalu lama mencukur para pemilik surai gondrong yang berhasil beliau jaring, hingga bel masuk pun terpaksa  menyeret Anna masuk ke kelas.

Anna akui jumlah laki-laki yang rambutnya tidak sesuai kriteria memang melebihi hitungan jari.

Sedang asik-asiknya gadis itu menikmati alunan musik yang bergema di telinga, tiba-tiba saja, ia merasakan tarikan pada benda yang terpasang dikedua telinganya tersebut.

Anna berdecak sebal, ia menekankan pandangannya ke depan, terlihat ada tubuh jangkung seorang cowok yang menggunakan jas dan stelan celana berwarna abu-abu gelap -tengah berdiri di depan mejanya sambil memegang kabel erapone miliknya. Gadis bersurai hitam bergelombang itu mendongak dengan muka tidak suka sambil melrosotkan earphonenya ke leher.

"Lo ngapain ganggu gue?" tanya Anna, tanpa basa-basi.

Laki-laki itu menghela pelan, ia pun melepas kabel yang semula dipegang. "An, ada tugas yang harus dikumpulkan hari ini, emang kamu nggak mau ngrangkum rangkuman di papan tulis?"

"Nggak, gue nggak mau ngumpulin!"

"Jangan gitu, kamu harus ngum-"

"Apa sih kamu -aku kamu?! Jangan sok formal deh lo," sinis Anna, tidak suka. "Mending lo pergi jauh-jauh sono, jangan datengin gue lagi!"

"Aku nggak mau pergi sebelum kamu ngerangkum!"balasan tak mau kalah mengancam.

Anna memutar bola mata malas. "Iya iya, ntar gue catet. Udah ah -sono pergi!"

"Jangan ditunda sampe nanti An, Vera bisa hapus kapan aja."

Lagi, Anna morotasikan bola matanya malas, mendengar celotegan dari cowok tersebut. Kenapa sih ketua kelas ini menjengkelkan sekali? Dia terus saja memaksa Anna, padahal kan Anna sedang asik-asiknya bersantai. Menganggu saja!

Anna berdecak pelan. "Ya udah hapus aja, gue nggak usah ngerjain."

"Kok malah gitu? Emang kamu nggak dapat nilai?"

"Ya bodo amatlah, terserah gue!"

"Nggak bisa gitu, aku nggak akan biarin itu terjadi, kamu harus dapet nilai."

Anna menatap jenuh wajah laki-laki di depannya yang terus-terusan ngotot, menentang keinginannya. Ck berani sekali dia, memang Devan pikir, dia ini siapanya Anna? Sampai berani-beraninya memerintah. Apa pemuda ini berpikir bahwa dirinya raja? Seenaknya saja memaksa, padahal belum tentu dia juga mau dipaksa. Menyebalkan!

"Ya bodo amatlah Ruslan, itu bukan urusan lo!"

"Nama aku bukan Ruslan -Anna."

Anna mendengus, frustrasi. "Oke, iya Devan."

"Iya apa?"

"Gue ngerjain rangkuman di papan tulis! Puas lo?!" final Anna tanpa berpikir panjang.

Devan tersenyum lega mendengarnya. "Sangat puas."

Anna tak menanggapi lagi ucapan Devan. Anna ingin mengontrol emosinya kali ini, karena dari tadi ia terus terbawa emosi, ia tidak mau jika nantinya malah terkena penyakit darah tinggi.

Parangga [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang