Hari jum'at selepas pulang sekolah, Anna menyempatkan diri datang ke rumah sakit Medika Indah.Bukan karena sakit. Tetapi karena Raharja menelpon, dan menyampaikan agar Anna melakukan tes DNA hari ini juga.
"Selamat siang ada yang bisa saya bantu?" sambutan ramah dari petugas bagian resepsionis menyambut Anna.
"Saya ada janji dengan dokter Raharja," jawab Anna langsung pada intinya.
"Baik, saya coba periksa dulu ya." Anna tak banyak tanya, ia mengangguk mengiyakan saja.
Petugas wanita berpakaian putih itu menekan tombol angka dengan lincah, lalu menempelkan telpon kabelnya di telinga.
"Hallo dokter, ini ada salah satu pasien yang katanya ada janji dengan dokter."
"Siapa namanya?"
"Nama kamu siapa?" tanyanya berbisik.
"Anna Miscelliana," jawab Anna cepat.
"Anna Miscelliana dokter."
"Saya dua menit lagi akan melaksanakan operasi. Jadi suruh saja dia menunggu di ruangan saya."
"Baik, dok."
Telpon diletakkan. Petugas berbaju putih itu menatap Anna. "Anda disuruh menunggu di ruangan dokter Raharja, karena beliau sedang sibuk."
Anna tersenyum kecil. "Terima kasih."
Setelah itu, Anna berjalan untuk menuju ke lantai dua. Dia sudah hafal di mana ruangan pribadi dokter Raharja, karena dirinya memang sering ke tempat ini.
Sesampainya di depan pintu, Anna lantas mendorongnya dan masuk ke dalam.
Ruangan berukuran sedang, dengan dilengkapi satu toilet, satu brankar dan meja serta kursi khusus tersedia di dalam.
Anna mendudukkan bokongnya di kursi yang memang disediakan oleh pasien.
Anna memangi area sekitar yang hening dan hanya didominasi oleh suara detikan jarum jam di dinding.
Gadis itu mengembuskan napas berat. Padahal, belum lama dia berkunjung ke tempat ini, namun kini dia sangat-sangat merindukannya.
Arah pandangan Anna teralih ke bawah, dan tanpa sengaja ia melihat berkas bersampul mika putih transparan dengan nama Darrel Algusafi J, tergeletak di atas meja.
Kening Anna berkerut. "Darrel sakit?"
Anna pun mengambilnya, lalu membuakanya untuk memuaskan rasa penasarannya yang tinggi.
Jangan lupakan, Anna memang mudah sekali penasaran.
"Lemah jantung? Tekanan darah normal, dan kembali check up pada tanggal.."
Anna membekap mulutnya sendiri. "Ini kan hari ini?"
"Tapi kenapa hari ini? Bukannya Darrel udah nggak ada?" ucap Anna bertanya-tanya. "Ini sebenarnya Darrel yang itu atau bukan sih? Kok?"
Anna menutup berkas tersebut dan mengembalikannya ke atas meja seperti semula.
Anna jadi frustasi sendiri, memikirkan sebenarnya berkas ini milik siapa? Dan Darrel siapa yang dimaksud?
Memikirkannya saja membuat Anna menjadi kesal karena tidak tahu jawaban pastinya. Gadis itu menatap jam dinding yang masih menunjukkan pukul 11.35.
Kalau sudah lebih dari dua puluh menit pasti dokter Raharja sedang sangat sibuk.
Anna yang merasa jenuh, lantas berdiri. Keluar ruangan dan berniat menuju rooftop rumah sakit untuk mencari angin.
Sejak kembali tinggal dengan Anto, Anna jadi tidak mempunyai ketenangan dalam dirinya untuk menjalani hidup. Untuk itulah, selagi menunggu, ia akan menyempatkan waktunya untuk menenangkan diri sejenak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Parangga [√]
Teen Fiction[Part Lengkap] "Parang? Kenapa sih setiap kamu dibully, bukannya nangis kamu malah senyum?" Parangga terkekeh pelan. "Itu karena aku tidak ingin menunjukkan sisi lemahku kepada mereka." "Hm?" "Jadi begini, jangan pernah menunjukkan sisi lemahmu ke...