21. Ribut Perihal Dansa :)

24 8 0
                                    


"Huft." Anna bernapas lega karena kini dirinya sudah sampai di depan pintu rumahnya.

Gadis bersurai bergelombang itu menutup payungnya sebelum akhirnya berjalan -hendak masuk kedalam rumah.

"WANJIR! TUKANG SALAK!" latah Anna terkejut menjumpai Kakaknya tengah berdiri dengan muka horor di depan pintu sambil berkacak pinggang.

Genta berdecak sebal. "Kang salak mata kau! Yang sopan sama Kakak!"

Laki-laki yang bernotabene sebagai Kakak satu-satunya Anna itu menyodorkan telapak tangannya ke depan muka Adiknya.

"Iye, iye!" dengan malas, Anna meraih lalu menempelkan tangan Kakaknya itu di jidat.

"Kemana aja lo, jam segini baru pulang?" tanya Genta dengan tatapan penuh selidik.

"Plis deh Bang, nanyanya nanti aja. Gue kedinginan banget, mau mandi," ujar Anna tak membalas pertanyaan yang lontarkan oleh Genta. Gadis itu meletakkan payung basahnya pada tempat payung dan langsung melengos masuk kedalam rumah begitu ia selesai melepas sepatu.

"Dek, sepatu lo!"teriak Genta menatap jijik sepatu basah di depan teras rumah.

"Iya! Ntar gue ambil!"

Genta mengembuskan napas gusar, menatap kepergian adiknya sambil menggeleng-gelengkan kepala.

***

"WOY! GEN! GENTA! BUKAIN PINTUNYA!"

Genta yang sedang asik memakan salak sambil menonton drama India kesukaannya, mendengkus sebal saat ketenangannya diusik oleh teriakan nyaring disertai gebrakan pada pintu rumah.

Dengan malas, Genta berjalan menuju pintu utama.Ya beginilah nasib seorang majikan yang pembantunya sedang sakit, mau tidak mau harus mandiri.

Brak-brak brak!

"WOY! GEN, LO_"

"Gue kenapa?" tanya Genta menatap sinis sahabat tengilnya yang kini tengah cengar-cengir menatap dirinya, saat pintu sudah terbuka lebar.

"Anu." Edo menyengir memperlihatkan deretan giginya. "Katanya lo butuh bantuan, apa yang bisa gue bantu?"

Genta mengusap wajahnya gusar. "Lo bisa kagak si, kalau ke rumah gue santai dikit? Salam kek, atau bawain salak!"

"Hehe sorry. Btw, assalamualaikum."

"Waalaikumsalam," balas Genta dengan cepat.

"Jadi lo cuma mau minta tolong itu doang, Gen? Buset dah elo, buang-buang waktu gue doang, anjer!"

Genta mengernyit keras, mencoba mencerna baik-baik ucapan Edo barusan. "Emang gue minta tolong sama lo?

Edo menoyor gemas kepala Genta. "Gue tau lo pinter, jadi kagak usah pura-pura tolol buat nyindir gue."

Laki-laki salak itu mengusap kepalanya. "Lah?" Genta menatap bingung Edo. "Gue kagak nyindir!"

"Terus apa? Jangan bilang lo amnesia! Kebanyakan nonton sinetron, gini nih efeknya."

"Gue ga paham sama yang lo omongin, Dodo!"

Edo mengangguk-anggukkan kepalanya, sejurus kemudian pemuda itu mengeluarkan ponsel berwarna hitam dari saku celananya.

Laki-laki berbadan bongsor itu, memperlihatkan room chat telegramnya tepat di depan mata Genta. Sementara sang empunya rumah memundurkan kepalanya sedikit kebelakang untuk melihat dengan jelas.

"Japanes? India videos? Ini apaan?" tanya Genta sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Edo terpelonjak, ia segera membalik layar ponselnya itu dan jari-jarinya pun bergerak gesit mencari chat yang seharusnya ditunjukkan kepada Genta.

Parangga [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang