74) Surat dari Darrel :)

21 4 1
                                    

AGRHHH! PENGEN NGAMOK RASANYA. SENIN UDAH MASUK SEKOLAH AJA WOY 😭

BERASA DIKEJAR SETAN, UPDATE RAJIN BEGINI. TAPI GPP, AKU BAKAL BERUSAHA.

🌻🌻🌻

"Siapa bilang hidup nggak adil? Emang lo udah perjuangin keadilan buat diri lo sendiri?"

DARREL ALGUSAFI JALVINALKA

🌻💚🌻


Bunyi tepukan tangan terdengar sangat riuh, seusai cicin masuk ke dalam jari manis Kanaya.

Kanaya menegakkan pandanganya, menatap laki-laki di depannya dengan intens.

Senyuman yang tercetak jelas di bibirnya itu, jelas-jelas Kanaya tau, itu palsu.

Gadis dengan gaya rambut kepang itu, mengalihkan pandangannya ke arah tamu undangan yang hadir di sekitar area kolam renang. Semua terlihat bahagia, termasuk ayahnya yang sedang bercengkrama dengan rekan kerjanya.

Haruskah ia bahagia juga?

"Kanaya sayang, selamat ya. Sekarang kamu sudah resmi jadi tunangannya Darrel." Erika datang menghampiri, memberikan selamat.

Kanaya tersenyum kikuk. "M-makasih tante."

"Ael?"

Parangga yang kala itu sedang melamun, langsung menoleh begitu nama itu dipanggil.

"Iya, Ma?"

"Kamu jagain calon istri kamu ya. Jangan sakiti dia," pesan sang Mama pada Parang.

Parangga memangguk. "Iya, Ma. Ael bakal jagain dia."

"Mama pengang ucapan kamu." Erika tersenyum hangat, tangannya membelai surai Kanaya dengan lembut.

Ngit... Duar!

Ngit.. Duar!

Ngit... Duar!

Bunyi kembang api yang meluncur dan menghiasi langit hitam dengan percikan cahaya warna-warni, mengalihkan atensi semua orang yang hadir.

Parangga tersenyum masam melihat keindahan kembang api yang ditujukan untuk memeriahkan acara pertunangan dirinya dan Kanaya, untuk yang kedua kalinya.

Pikiran pemuda itu masih tak lepas dari kejadian tiga jam yang lalu, sebelum pertunangannya.

Parangga bernapas lega, seusai menelan pil terakhir dari belasan obat-obatan yang biasanya ia konsumsi.

Saat ini Parangga sedang duduk di tepi kasur, mempersiapkan diri untuk acara pertunangannya nanti malam.

Dia meletakkan gelas kosongnya di atas nakas, hingga tanpa sengaja matanya dibuat fokus oleh buku bersampul doraemon yang tergeletak di meja.

Dengan cepat, dia pun mengambilnya.

Buku kuno, jangan kepo. Tulisan itu yang pertama kali terlihat saat dia membalik sampulnya.

Parangga ingat, menjadikan buku ini untuk coret-coretan tugas matematikanya tempo hari yang lalu.

Iseng-iseng dia membalik kertas-kertasnya dan membaca tulisan-tulisan aneh yang ditulis oleh saudaranya.

Benar, buku kuno ini milik Darrel.

Gue benci Parang. Itu tulisan kedua yang Parangga baca, selanjutnya ia kembali menbalik halaman demi halaman.

Parangga [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang