"Rasa kuat yang begitu menyakitkan untuk disadari itu bertahan, bukan melawan."
💚💚💚
Keadaan saat ini benar-benar senyap seketika. Anna yang masih memalingkan wajahnya akibat merasakan rasa nyeri bercampur panas yang menjalari pipi kirinya, diam-diam terkekeh pelan hingga semakin lama tawa itu semakin jelas terdengar.
Anna menggerakkan kepalanya kembali menatap Davina sambil tersenyum. "Lo nggak terima? Itu artinya, apa yang gue katakan itu bener?"
Muka Davina semakin memerah. Menyadari hal itu, Fira, Alika dan Keyra saling melirik. Mereka bertiga berniat ingin memberikan pelajaran pada Anna, namun saat ketiga gadis itu baru saja melangkah, seorang laki-laki bertubuh tinggi berjalan dengan sangat cepat dan langsung mendorong tubuh Anna hingga jatuh di samping Arthur yang masih bersimpuh.
Dorongan itu begitu kuat. Anna mengangkat kepalanya, ia melihat dengan jelas laki-laki berpenampilan begajulan dengan topi putih melekat di kepala, tengah menatap dirinya dengan sangat tajam.
Detik itu juga tidak tahu mengapa, mendadak tubuh Anna bergetar. Sejujurnya Anna takut jika harus mencari keributan dengan jalur apa pun. Tadi saja perasaannya terasa tak karuan, dan saat ada cowok yang ikut melawannya, rasa berani dalam dirinya pun perlahan mulai pudar.
Tapi gadis yang masih terduduk di lantai itu ingat kata-kata Edo dan kakaknya semalam.
"Gimana mereka bisa berhenti kalau nggak lo lawan?"
Anna terdiam mencermati ucapan Edo. "Tapi, gimana gue bisa ngelawan mereka?"
"Ya dengan tekatlah. Ini itu tentang pelaku bully, yang mesti lo habisi!"
Gadis berpiama pink bergambar kuda pony itu mengulum bibir. Dia masih ragu dengan apa yang dikatakan oleh Edo.
Anna memutar kepalanya mengarah ke Genta. "Gimana menurut pendapat Abang?
Genta nampak berpikir sejenak, sembari menelisik wajah polos adiknya."Itu sih tergantung niat lo, kalau semisal lo nggak berani ya lo laporin aja ke guru konseling, tapi."
"Tapi?" tanya Anna penasaran.
"Mereka bakal ngelunjak dan cap lo sebagai pengecut. Kalau bisa sih lo lawan aja semampu lo."
"Itu nggak salah karena lo berhak buat ngelawan ketika ada orang yang berusaha ngejatuhin lo. Anggap aja perlawanan lo itu sebagai kebangkitan," lanjut Genta menjabarkan. "Jangan tinggal diam ketika diri lo disepelekan."
Dari apa yang semalam Kakak dan sahabat kakaknya katakan, Anna menjadi mengerti. Keberaniannya dalam dirinya pun perlahan mulai terkumpul.
Dengan penuh tekat Anna terus meyakinkan dirinya dengan kata-kata terakhir dari abangnya.
"Anggap aja perlawanan lo itu sebagai kebangkitan."
"Heh, sudra! Masih berani lo jadi sok jago setelah jadi orang kaya?" tanya Riko menyepelekan.
"Jangan tinggal diam ketika lo disepelekan."
Anna lantas bangkit dan kembali berdiri mengadap ke Davina. "Jadi, lo emang sepengecut itukah? DENGAN CAR_"
"Haaaaaaaaah?!"
Bruk!
Lagi, tubuh Anna kembali didorong dengan lebih kuat hingga terhempas jatuh ke lantai.
Anna memekik kesakitan ketika lututnya terasa sakit akibat terbentur lantai kramik dengan cukup keras.
Ketika Anna hendak bangkit lagi, Riko dengan sigap langsung mengambil botol soda yang masih penuh dari salah satu siswa yang menonton dan menumpahkan isinya di atas kepala Anna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Parangga [√]
Teen Fiction[Part Lengkap] "Parang? Kenapa sih setiap kamu dibully, bukannya nangis kamu malah senyum?" Parangga terkekeh pelan. "Itu karena aku tidak ingin menunjukkan sisi lemahku kepada mereka." "Hm?" "Jadi begini, jangan pernah menunjukkan sisi lemahmu ke...