Darrel tercengang. "Gue ngajak Alika, bukan lo."
Bola mata Anna membulat dengan sempurna. Dia lantas memoleh ke belakang ketika Darrel mengedikkan dagunya. Dan benar saja, salah satu antek-antek Davina tengah malu-malu kucing di belakangnya.
Aneh, kenapa tiba-tiba Darrel mengajak pulang cewek crewet itu? Bukankah biasanya dia akan mengajak Anna? Bukan bermaksud terlalu percaya diri, hanya saja kejadian barusan sungguh di luar dugaan.
Alika mengangguk pelan. "Ya...mau."
"Ya udah ayo." Darrel berjalan melintasi Anna, dan secara tiba-tiba langsung menggenggam tangan Alika di depan Anna yang kini masih melongo tidak percaya dengan apa yang baru saja dirinya lihat.
"Duluan," pamit Darrel sebelum akhirnya berjalan menjauh.
Anna masih menatap mereka berdua yang semakin lama kian mengecil berjalan beriringan di lorong sana. Terlihat Darrel memberikan payung yang tempo hari lalu digunakan untuk mengantar Anna pulang.
Memang sulit dipercaya, tapi nyata. Itulah yang masih membuat Anna benar-benar tercengang. Sepertinya Darrel memang berniat untuk membuat dirinya cemburu. Tapi tunggu dulu, cemburu? Untuk apa juga Anna cemburu. Toh Anna saja tidak menyukai Darrel.
"Cih sok romantis," cibir Anna menatap lorong yang sudah tidak menampakkan satu orang pun.
"Mereka cocok, ya," ujar Devan dengan hangat.
Anna menoleh, menatap wajah Devan yang nampak berseri-seri, masih dengan raut wajah tidak suka.
"Lo mau manas-manasin gue atau gimana sih, ha?" Kesal Anna mendengar ucapan Devan.
Kepala Devan menggeleng dengan cepat. "Aku nggak bermaksud gitu, An."
"Terus apa?" Anna mendengus sebal. "Mau basa-basi lagi?"
Tunggu...Ada perkataan Anna yang terdengar aneh saat Devan baru menyadarinya. "Emang kamu suka sama Darrel?"
Anna membelalakkan matanya, ia tertegun. G-ue nggak bilang gitu!"
Senyum Devan langsung mengembang. "Baguslah kalau gitu."
"Apa bagusnya?" bingung Anna menanyai.
"Ya, seenggaknya aku udah nggak punya saingan buat milikin kamu."
Anna menatap Devan dengan jijik. "Apaan si, basi!"
Dari sekian banyak gadis cantik, populer, dan famous di SMA Trisatya, mengapa harus Anna yang disukai oleh Devan? Padahal kan ada beberapa gadis yang tertarik dengan ketua kelas Xl IPS D ini.
Kali ini sungguh Anna tidak dibuat bertanya-tanya, tetapi terheran-heran.
"Mungkin kamu belum suka sama aku An, tapi tenang aja aku akan setia nunggu kamu."
"Nunggu apaan dah, lo kira lagi ngantri di toilet umum?" pekik Anna berusaha untuk membuat Devan bungkam.
"Bukan gitu An, maksud aku."
"Ya udah terserah!"
Mau sifat Anna pemarah seperti sekarang atau peramah seperti dulu, Devan tetap masih tertarik dengan gadis yang pernah menyandang sebutan Sudra oleh orang-orang. Meski bisa diprediksi akan sulit untuk digapai, namun sekarang tekatnya menjadi berlipat gada dari sebelumnya, setelah tahu kalau hanya dirinya seorang yang akan memperjuangkan Anna.
Tidak ada yang lain, bahkan Darrel.
Devan tersenyum tipis, dia masih tetap berusaha untuk bersabar. "Kenapa ya, cewek suka bilang terserah? Pad_"
"Lo kenapa, sih?! Topik lo itu basi, tau nggak?" sentak Anna menggebu-gebu.
Devan tersenyum kikuk. "Oh jadi topiknya, ngebosenin ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Parangga [√]
Подростковая литература[Part Lengkap] "Parang? Kenapa sih setiap kamu dibully, bukannya nangis kamu malah senyum?" Parangga terkekeh pelan. "Itu karena aku tidak ingin menunjukkan sisi lemahku kepada mereka." "Hm?" "Jadi begini, jangan pernah menunjukkan sisi lemahmu ke...