60) Kenyataan Pahit :)

27 4 0
                                    


"Darrel?"

Sang pemilik nama yang barusan dipanggil, awalnya membuka mulut hendak bersuara, namun langsung terhenti.

Darrel menoleh ke arah sumber suara. Terlihat, Anna berjalan datang menghampirinya.

"Lo ngapain di sini?" tanya Anna langsung pada intinya.

Darrel kembali membuka mulut, namun belum sempat dirinya berucap. Wanita tua di depannya langsung menyela. "Kok Darrel? Nama dia itu Parangga."

Apa-apaan ini? Anna tidak salah dengar kan, kalau pemuda di hadapannya ini namanya diganti menjadi nama sahabatnya? Kegilaan macam apa ini?

Anna mengernyit bingung, menatap Darrel, meminta penjelasan darinya. Jangan-jangan Darrel malah sedang menyamar jadi Parangga untuk mencemarkan nama baiknya.

"Bukan, Bu. Nama saya Darrel," ujar Darrel berusaha membuat agar wanita tua itu tidak salah paham.

"Kamu bohong Ngga?"

Darrel melambaikan tangannya sembari menggeleng. "Saya kembarannya bu."

"Memangnya kamu ini tidak kenal saya? Kok saya baru tau kalau Parangga punya kembaran."

Kalau sudah begini, haruskah Darrel mengatakan semuanya. Dan tentang dirinyalah yang telah membuat saudaranya meninggal?

Darrel menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal karena bingung. "Em.. Itu sebenarnya_"

"Parangga meninggal karena kecelakaan bu," jawab Anna dengan tenang.

Wanita itu nampak syok. "Innalilahi. Itu beneran? Saya turut berduka cita ya, nak. Atas kepergian saudara kamu. "

Darrel kikuk sendiri. "Iya bu. Terima kasih.

"Nenek yaper," suara rengekan dari anak kecil berusia 4 tahun yang muncul dari balik pintu rumah sang wanita tua itu, langsung mengalihkan atensi ketiga orang tersebut.

"Ayo nenek buatin mam. Mau mam apa?"

"Teyor nek!" jawabnya dengan semangat empat lima.

Sebelum masuk ke rumah, wanita tua itu berbalik badan, menatap dua orang remaja yang masih berdiri di tempatnya. "Saya masuk dulu. Ayo nak, silahkan mampir."

Anna dan Darrel kompak membungkuk memberi hormat. "Iya bu terima kasih."

Setelah itu pun wanita tua dan sang cucu masuk ke dalam rumah. Menyisakan Darrel dan Anna yang sedang dilanda keheningan seperti biasa.

"Jangan seneng dulu, gue nyelametin lo. Ingat! Ini bakal gue jadiin sebagai utang buat lo!" tegas Anna memperingatkan tanpa menatap sang lawan bicara.

"Lo ngapain sih ke sini?" pertanyaan sinis itu bukan berasal dari Darrel, melainkan Terry yang tiba-tiba datang dari arah belakang.

Sontak, baik Anna maupun Darrel yang sedang bingung, langsung berbalik badan, mengadap orang yang baru muncul.

"Bukannya lo yang nyuruh gue datang?" sungguh, Terry memang menyebalkan karena sulit dimengerti, ingin rasanya Anna mengatakan 'sulit dimengerti semoga harimu selalu suram.'

"Gue emang nyuruh lo ke sini."

Lawakan apalagi ini? Tadi bertanya 'ngapain lo ke sini?' tapi lihatlah pemirsa, mbak Terry malah membuat bingung. Ingin sekali Anna mencakar-cakar wajahnya.

"Ya terus?" tanya Anna malas-malas meminta penjelasan.

Terry mendesah berat. "Ya seenggaknya lo bawa buah tangan kek, atau apa! Jangan malah tangan kosong doang!"

Parangga [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang