Menyadari dirinya keceplosan bertanya, Anna lantas melebarkan matanya sembari menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya."Bodoh!" gerutu Anna dalam hati.
Valdo berhenti melangkah, kepalanya menoleh ke kiri. "Lo nyariin Darrel?" cowok semangka itu mengerjapkan matanya tak percaya. "Gue nggak salah denger kan?"
"Apaan sih? Ngg...nggak! Orang gue cuma nanya," alibi Anna, beralasan.
Valdo menyipitkan kedua matanya. "Lo nggak lagi PDKT sama Darrel kan?"
Plak!
Anna menabok lengan kanan sepupunya dengan cukup kuat. "Udah gue bilang nggak, YA NGGAK!"
"Stt, sante napa si?! Gue kan cuma nanya, siapa tau bener!"
Apa-apaan maksud cowok semangka ini? PDKT dengan Darrel? Jelas-jelas Anna sedang mencoba menjauhinya, bisa-bisanya Valdo berasumsi bahwa dirinya sedang PDKT dengan cowok yang telah membunuh temannya.
Anna mendesah berat. "Sok tau lo!"
"Bukannya sok tau, tapi gue liat-liat, semenjak si Parang nggak ada. Lo makin deket sama si Darrel. siapa tau kan emang lo berdua lagi PDKT. Kalau bener kan lumayan bisa dapet PJ." Valdo kembali melanjutkan langkahnya, meninggalkan Anna yang masih melongo di tempat.
Anna berjalan dan kembali mensejajarkan langkahnya dengan Valdo. "PJ apaan?" tanyanya mengerutkan kening. "Gue itu benci, bukan suka sama Darrel. Jadi berhenti mencurigai gue ada hubungan spesial sama dia!"
"PJ itu singkatan dari pajak jadian." Valdo mendengus geli. "Benci itu alasan klise yang suatu saat akan bawa lo ke jurang cinta!"
Anna menyipitkan matanya jenuh, mendengar ocehan sepupunya. Lagi-lagi, ia harus mendengar kata benci jadi cinta untuk yang kedua kalinya dari saudaranya.
Anna tidak mengerti, mengapa mereka bersikukuh dengan argumen tersebut, padahal mereka tidak tahu seperti apa rasa benci Anna terhadap Darrel. Melihatnnya saja Anna langsung muak, apalagi jatuh cinta? Dan yah, tidak semua benci selalu berakhir cinta, bukan?
Kedua saudara laki-lakinya sangat ngawur sekali!
Lagi, langkah Anna didahului oleh Valdo. Cowok semangka itu sudah terpaut satu meter di depan gadis berambut hitam bergelombang dengan tas berwarna hijau mint di punggungnya.
Saat kaki Anna mengambil ancang-ancang hendak menyusul Valdo, tiba-tiba sebuah kulit pisang ada di depan sepatunya.
"Cepetan lo lari terus injek kulit pisang ini!" perintah Fira pada seorang gadis berambut hitam sebahu yang tengah menunduk di hadapannya.
"Lo budek ya, miskin?!" sentak Keyra ikut-ikutan. Gadis dengan jepitan kupu-kupu di rambutnya itu tengah asik memakan pisang.
Anna memutar bola matanya malas. Geng Davina kembali berulah. Kali ini korbannya bukan Anna ataupun Kim Artur, tetapi murid berprestasi dari kalangan penerima beasiswa.
"Tapi, nanti aku kepeleset," ujar Gadis bersurai hitam sebahu tersebut, berusaha menolak.
Fira tertawa keras. "Ya itu tujuannya gua nyuruh lu, tolol!"
"Ahahaha." Keyra ikut tertawa.
Fira dan Alika adalah salah satu anak dari donatur SMA Trisatya, sedangkan Keyra adalah anak dari salah seorang pebisnis sukses yang juga bergerak di bidang kosmetik seperti ibunya Anna, hanya saja kepopuleran prodaknya lebih populer milik ibunya Anna daripada Keyra. Sementara Davina sendiri adalah keponakan dari salah satu guru.
Ya, begitulah anak orang kaya di sekolah ini, selalu saja berperilaku semena-mena.
Anna memungut kulit pisang di bawah, lalu berjalan menghampiri mereka bertiga yang jaraknya tidak terlalu jauh dari tempat ia berdiri. Gadis beransel mint tersebut tidak menghiraukan jarak Valdo yang sudah sangat jauh di depan sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Parangga [√]
Teen Fiction[Part Lengkap] "Parang? Kenapa sih setiap kamu dibully, bukannya nangis kamu malah senyum?" Parangga terkekeh pelan. "Itu karena aku tidak ingin menunjukkan sisi lemahku kepada mereka." "Hm?" "Jadi begini, jangan pernah menunjukkan sisi lemahmu ke...