Harusnya Darrel tidak meninggalkan Anna kemarin. Dia bingung pada dirinya sendiri, mengapa harus melakukan hal itu kemarin.Gara-gara kejadian itu, hari ini dirinya harus menanggung akibatnya.
Pemuda itu mengacak rambutnya frustasi saat berada di koridor kelas yang sepi.
Tap tap tap
Suara sepatu yang bersentuhan dengan lantai, membuat kepala Darrel terangkat. Pandangan matanya menatap lurus ke depan.
Dari kejauhan ia melihat Kanaya sibuk mengkibas-kibaskan lengan seragamnya.
"Nay?" orang yang merasa dipanggil pun langsung mengalihkan pandangannya ke arah sumber suara.
Darrel berjalan menghampiri gadis berambut hitam bergelombang itu. "Risih nggak?"
Kanaya mengangguk pelan. "Dingin juga."
"Lo tunggu di sini sebentar bisa?"
Dahi Kanaya berkerut bingung. "Mau ngapain?"
"Gue ambilin seragam olahraga gue di loker, bentar."
"Ohh, bisa kok."
Darrel tersenyum sekilas. "Tunggu bentar ya, jangan pergi. Gue nggak lama."
Kanaya kembali menganggukan kepalanya sambil tersenyum.
Darrel berlari sambil melihat ke belakang selama beberapa saat, setelah memastikan tidak akan terjadi apa-apa jika meninggalkan gadis itu di sini, ia pun fokus ke depan dan berlari.
Kedua bahu Kanaya turun seusai Darrel tidak lagi terlihat keberadaannya di lorong. Senyum indah di bibirnya pun hilang.
"Andai lo Parangga," lirih Kanaya tersenyum getir.
.
Darrel sudah sampai di depan meja penjaga loker.
"Bu, saya minta kunci loker saya," ucap Darrel kepada Bu Wita -penjaga loker yang sedang duduk di depan layar komputer.
Arah mata Bu Wita beralih ke arah Darrel. "Parangga? Eh, Darrel ya?"
Darrel tersenyum kikuk sambil mengangguk.
"Maaf, maaf. Ibu lupa, kirain kamu Parangga."
Darrel mengusap belakang kepalanya canggung. "Bukan bu, saya Darrel."
Bu Wita membuka rak mejanya untuk mengambil barang yang di minta oleh pemuda di hadapannya.
"Ini." Bu Wita memberikan kunci yang sudah ia temukan pada Darrel.
Dengan senang hati, Darrel pun menerimanya. "Terima_ kenapa Ibu kasih dua kunci?"
Darrel menatap bingung Bu Wita yang malah melempar seulas senyum tipis padanya.
"Satunya punya saudara kamu. Tolong ambil barang-barang dia yang masih di dalam loker ya, Darrel."
Pemuda itu diam selama sesaat. Dia bingung harus merespon apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Parangga [√]
Teen Fiction[Part Lengkap] "Parang? Kenapa sih setiap kamu dibully, bukannya nangis kamu malah senyum?" Parangga terkekeh pelan. "Itu karena aku tidak ingin menunjukkan sisi lemahku kepada mereka." "Hm?" "Jadi begini, jangan pernah menunjukkan sisi lemahmu ke...