52) Menjauh :)

16 6 0
                                    


Singkatnya, terus mendekat berarti berjuang dan semakin menjauh berarti menyerah.

🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻

Kedua mata Anna mengerjap. "H-hah?"

Dengan cepat Darrel menggelengkan kepalanya, memberi jawaban secara tidak langsung bahwa tidak ada apa-apa.

"Tadi lo minta dicium?" tanya Anna ragu. "Are you kidding me?"

Darrel mengangguk. "Iya, tapi pasti lo nolak."

"Ya jelaslah, emang lo pikir_"

Cup!

Kecupan singkat yang mengenai pipi kiri Anna, membuat gadis berkuncir kuda itu menghentikan kalimatnya.

"Lain kali jangan ngebentak lagi kalau ngomong," ujarnya kemudian berjalan pergi meninggalkan Anna yang masih mematung di tempat. "Lo udah janji."

"El?" panggil Arya yang tiba-tiba saja datang dan merangkul bahu Darrel.

Mata Anna mengerjap, waktu pipinya dikecup tadi rasanya waktu seakan berhenti. Dan entah mengapa detak jantungnya terasa berdetak dua kali lipat. Sebenarnya dia ini kenapa?

"Aman?" tanya Arya pelan.

Darrel menolehkan kepalanya ke kiri, tepatnya ke arah sahabatnya. "Apanya?"

"Jantung lo."

Bibir Darrel memaksakan senyum. "Ng..nggak, nyeri banget."

"Tolol lo!" celetuk Arya menoyor kepala Darrel.

Sementara itu, di sisi tempat yang lain, Devan memperhatikan interaksi di sekitar jembatan dengan penuh amarah. Kedua tangannya bahkan mengepal kuat, kemudian satu pukulan kuat ia layangkan pada pilar sekolahan untuk melampiaskan kekesalannya.

"Harusnya gue nggak liat pemandangan ini," batin Devan sebelum akhirnya pergi meninggalkan tempat tersebut dengan langkah cepat.

🌷🌷🌷🌷🌷🌷

Pelajaran yang diberikan oleh pak Pardi Supardi memang membuat murid-murid kelas XI IPS D berhasil dibuat menganga, terheran-heran, ngantuk, bahkan kesurupan. Tetapi syukurlah bel istirahat telah berbunyi nyaring, hingga membuat setan yang merasuki salah satu murid langsung pergi begitu saja. Mungkin karena faktor setannya lapar dan ingin pergi mencari makan di kantin juga.

Helaan napas lelah di sertai gelegan kecil di tunjukkan oleh guru matematika peminatan tersebut. "Kalau soal perut aja bisa diajak kompromi, tapi kalau rumus langsung mati."

Hampir seluruh penghuni kelas XI IPS D menyengir sambil tertawa jenaka.

"Baik buat soal enam sampai sepuluh buat PR ya!" pesan sang guru sebelum pergi meninggalkan ruangan.

"Iya pak!" teriak serentak satu kelas.

Satu-persatu orang mulai keluar meninggalkan kelas. Dan menyisakan Anna, Darrel, Arya dan Davina beserta para antek-anteknya.

Tok! Tok!

Bunyi ketukan pintu yang tidak keras itu langsung mengalihkan atensi tujuh orang di dalam ruangan ke arah pintu yang terbuka. Terlihat ada seorang gadis cantik dengan cardigan ungu muda berdiri di ambang pintu sembari memamerkan senyuman manisnya.

Parangga [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang