14) Terlalu Percaya Diri :)

35 11 0
                                    

Bias suara yang terdengar lembut itu langsung membuat Anna menoleh kedepan -mengikuti perintah dari Darrel, tanpa berpikir panjang.

Yang dilihat oleh Anna, hanyalah sebuah mobil box dan beberapa kendaraan lain yang berhenti di jalanan. Saat ini kondisi mobil milik Darrel tengah berhenti dikarenakan lampu merah.

Anna memutar kepalanya sembilan puluh drajat ke arah Darrel. "Liat apaan?"

Darrel tersenyum, matanya fokus menatap kedepan, namun berapa detik kemudian kepalanya bergerak menghadap Anna.

"Nggak ada apa-apa," katanya yang membuat dahi Anna berkerut. "Gue cuma mau wajah lo noleh ke arah gue."

Anna berdecak sebal, kepalanya langsung kembali menghadap ke kiri. Tingkah Anna barusan, mengundang gelak tawa kecil untuk Darrel, dia senang karena setidaknya bisa melihat ekspresi lucu saat gadis itu ketika sedang merasa kesal.

"Abang ini temannya Kak Anna?" tanya Nelly secara tiba-tiba. Meski bisa menebak kalau Kakak perempuannya berteman dengan laki-laki tampan yang satu ini, Nelly ingin tahu jawaban pastinya langsung dari orangnya.

"Bukan!" ketus Anna menjawab secara sepontan. Kepalanya masih menghadap ke sisi kiri mobil.

Sambil menyetir, bibir Darrel perlahan mulai mengembang. "Berarti, lebih dari teman, An?"

Menyadari pertanyaan yang dilontarkan Darrel terdengar aneh di telinganya, Anna langsung menatap tajam Darrel yang sedang mengemudi.

"Dih, nggak!"

"Terus apa dong, Kak?" dari jok belakang, Nelly terlihat kebingungan dengan tingkah Kakaknya yang aneh saat bertemu dengan laki-laki berambut hitam di sebelahnya.

"Ya temen, tapi nggak akrab."

Lagi, Darrel tertawa dengan ucapan Anna. "Ya, berarti temen kan?"

Gadis berhodie peach itu tertegun dia memilih untuk tidak menjawab dan  duduk diam sambil menyandarkan punggungnya pada jok mobil seolah tidak terjadi apa-apa.

Darrel menoleh sekilas untuk melihat Anna, dia pun terkekeh pelan sambil geleng-geleng kepala.

Tidak butuh waktu lama untuk sampai di salah satu pusat perbelanjaan yang terletak di kota.

Saat ini Darrel tengah berjalan membuntuti Anna dan Adiknya dari belakang, dia memang tidak diajak untuk masuk ke dalam mall, tapi dia rasa Anna akan membutuhkan bantuannya, walaupun kemungkinan besar akan ditolak secara mentah-mentah.

Ucapan Anna di makam kota kemarin, masih membekas di dalam benaknya. Dia tahu itu sangat menyakitkan, dan tentu saja sulit dilupakan. Namun, hal tersebut tidak memadamkan semangatnya untuk membuat Anna tidak lagi membencinya, lagipula Anna juga tidak pernah bilang bahwa Darrel harus menjauhi dirinya.

"Adeknya mau ulang tahun, ya?" tanya karyawati yang bertugas di kasir. "Wah, selamat ulang tahun."

"Bukan dia, Mbak," kekeh Anna. Karyawati kasir itu pun lantas mengernyitkan dahinya bingung. "Tapi Abang saya."

"Hah? Kok undangannya, pilih yang punya anak kecil, sih?"

Anna mengulum bibirnya. "Eum, nggak papa, buat ngeprank aja gitu, Mbak."

Petugas kasir itu ber-oh kecil, paham dengan maksud Anna.

"Totalnya 57 ribu limaratus, ya." Anna menerima tiga buah paper bag, dan menyerahkan uang pecahan 100 ribu rupiah pada kasir.

"Kembaliannya 32 ribu limaratus." tangan kanan Anna terulur, menerima struk pembelian beserta uang kembalian. "Terima kasih atas kunjungan anda."

"Sini gue bantu," ujar Darrel menawarkan diri.

Parangga [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang