80) Bunga Matahari :)

10 1 0
                                    


"Kamu kenapa berlaga jadi korban di sini, Anna? Padahal dari bukti yang Davina tunjukkan kepada saya, kamulah pelakunya," tutur Pak Anto tidak percaya dengan apa yang telah Anna sampaikan.

Anna mendesah berat, sia-sia juga ternyata dia membela diri dengan sangat keras. Ia malah tetap disalahkan.

Seusai menciptakan keributan di kantin yang membuat ricuh. Anna dan Davina dipanggil ke ruang BK untuk menjalani sidang.

Awalnya Anna menjelaskan dengan Sejujur-jujurnya sekaligus melaporkan kebejatan Davina pada sang guru BK. Namun bukannya berjalan sesuai harapan, dirinya malah berhasil dijadikan pelaku oleh Davina yang licik.

Gadis tukang bully itu menunjukkan beberapa video saat tempo hari Anna melawan dirinya. Tetapi yang terlihat malah seperti Anna yang memulainya. Seolah dirinya pelaku bukan korban.

"Pak!" Anna kembali akan membela diri, namun Pak Anto langsung menahannya dengan mengangkat telapak tangan.

"Percumah kamu mengelak, bukti sudah ada di depan mata. Dan kamu tidak memiliki bukti sama sekali." Pak Anto menunjuk kamera yang tergeletak di meja. "Kamu tau, apa hukuman yang pantas atas pembullyan ini?"

Anna bungkam, menatap kesal wajah Pak Anto.

"Kamu akan di skors dan nilai kamu akan dikurangi karena kamu mendapatkan point."

Anna masih diam saja dengan penuh amarah yang sulit untuk ia redakan. Sementara Davina santai-santai saja sembari memainkan kuku-kukunya.

"Saya skors kamu 10 hari, dan jika kamu masih melakukan kesalahan lagi, saya tidak akan segan-segan bermain tangan bahkan mengeluarkan kamu dari sekolahan," tekan Pak Anto panjang lebar. "Mengerti kamu?"

"Iya pak," jawab Anna, kemudian langsung melesat pergi tanpa permisi meninggalkan ruang BK.

Di dalam ruang BK, tersisalah Davina dan Pak Anto.

Davina tersenyum lebar, bertepuk tangan kagum pada Pak Anto. "Nggak salah gue milih lo."

"Saya senang bisa berbisnis dengan nona. Dan saya merasa tidak menyesal dengan profesi baru ini," ungkap Pak Anto.

Davina mengangguk-anggukkan kepala. "Lakuin apa yang lo mau, asal jangan libatin gue."

Gadis berambut ikal itu kembali melontarkan senyum kepuasannya atas hasil kerja dari preman bernama Anto yang ia suruh melamar kerja di sekolah ini.

Davina meraih kameranya, kemudian beranjak pergi, ia sangat-sangat bahagia. Akhirnya, setelah sekian lama dia bisa merasa senang kembali.

🌻🌻🌻

Anna berjalan gontai melewati trotoar. Penampilannya yang acak-acakan berhasil menyita perhatian orang-orang di sekitar.

Mungkin, jika dirinya tidak mengenakan seragam sekolah, orang-orang akan menganggapnya sebagai gembel, karena saking berantakannya penampilan dirinya saat ini.

Sepulang sekolah, Anna tidak bisa langsung keluar begitu saja dengan mudah. Tadi ia menjadi buronan pembully di Trisatya, banyak yang mengejar dirinya, hingga tidak ada jalan pintas yang bisa ia lewati untuk kabur.

Dan seperti yang kalian tahu saat ini. Anna sudah menjadi korban sejak 1 jam yang lalu.

Anna mengetuk pintu rumah dengan sisa tenagannya.

Cukup lama, namun tidak ada tanda-tanda sahutan.

Anna kembali akan mengetuk pintu, namun pintu tiba-tiba terbuka.

Parangga [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang