27) Hari Yang Menyebalkan :)

35 8 0
                                    


Ulangan ekonomi di jam terakhir membuat Anna stres. Sebenarnya ia belum belajar sama sekali karena setahu dirinya, hari kamis tidak ada jadwal mata pelajaran ekonomi, tetapi karena Pak Yudi -sang guru PKN, tidak datang hari ini dikarenakan sedang sakit, alhasil Bu Sulis mengambil alih jam pelajaran terakir yang seharusnya kosong untuk ulangan.

Yang tersisa di kelas hanya ada tiga orang, yang terdiri dari Fira, Anna dan juga Valdo.

Saat ini suasana benar-benar terasa hening sekaligus mencekam. Pengawasan dari sang guru benar-benar ketat. Tak hanya buku modul dan handphone saja yang disita, beliau juga tak  tanggung-tanggung berjalan kesana kemari seperti strikaan untuk mengawasi murid-muridnya yang masih pusing mengeluarkan isi pikirannya kedalam selembar kertas putih gading di atas meja.

Berkali-kali, jari telunjuk Anna -bergerak menggaruk belakang kepalanya karena panik. Memang pelajaran ekonomi masih dapat dijawab dengan mengandalkan logika, tetapi jika sudah berkolaborasi dengan matematika, akan sangat rumit untuk menalarnya.

"Buk, saya sudah selesai," ucap Fira, mengangkat sebelah tangannya.

Sementara sang guru memeriksa jawaban yang tertulis di atas kertas, Fira sibuk mengemasi barang-barangnya kedalam ransel.

Anna dan Valdo pun menggunakan kesempatan ini untuk bertelepati.

"Nomer lima apaan?" tanya Anna dengan nada berbisik.

"Nomer delapan belas?" tanya Valdo berbalik bertanya.

Anna memukul jidatnya sekilas. "Bukan delapan belas, tapi lima." gadis itu menunjukkan tangan kanannya kepada Valdo sambil mengeja dengan suara pelan. "L i m a!"

"Gua tau! Gua nanyanya nomer depan belas, njir!"

"Nggak sampe nomer delapan belas, bangsat!" balas Anna semakin gemas sendiri.

Terdengar suara deheman seorang wanita dari depan kelas. Sontak saja Anna dan Valdo tercekat, mereka pun langsung kembali ke posisi semula.

"Kalian contek-contekkan, nggak akan Ibu kasih nilai," ancam Bu Sulis tidak main-main.

Valdo terkekeh garing sambil mengibaskan tangan kanannya. "Ah Ibuk, jangan suuzon Buk. Pamali itu! Orang saya nggak contek-contekkan sama dia. Nih buktinya saya sudah selesai."

Mendengar hal itu, sontak kedua bola mata Anna membulat dengan sempurna. Kedua mata gadis itu bergerak ke arah tangan kirinya untuk melihat arloji hitam yang melingkar di pergelangan tangannya. Gawat! Sudah jam setengah empat, dan Anna masih belum selesai mengerjakannya. Bagaimana ini?

"Maju sini," titah sang guru, mengayunkan sebelah tangannya.

"Buset dah Ibu, kayak mau ngajak gelut aja!" ucapan ngawur Valdo dihadiahi tatapan tajam oleh Bu Sulis. "Ng-nggak bu, bercanda! Ah, santuy dong, santuy santuy."

Masih ada 3 soal pilihan ganda dan 2 soal esay. Tidak ada pilihan lain lagi, selain mengasal jawabannya, karena waktunya sudah mepet.

Tangan gadis berambut hitam bergelombang itu bergerak cepat, menyilang asal tiga soal pilihan ganda dan menulis cepat pada soal esay. Dia tidak perduli jika nanti semua jawaban yang ia jawab asal-asalan salah semua, setidaknya ia sudah berusaha dan yang terpenting dia bisa cepat-cepat keluar dari kelas yang sudah sepi ini.

Selesai menulis kata terakhir, Anna cepat-cepat berjalan ke arah meja belakang untuk segera mengemasi mengemasi peralatan belajarnya yang disita sementara ke dalam ransel. Ia berjalan kembali ke arah bangkunya sembari mencangklong tasnya. Gadis itu meraih selembar kertas soal yang sudah terisi jawaban, lalu berjalan cepat ke arah depan menghampiri Bu Sulis yang tengah disibukkan dengan menyusun kertas ulangan sesuai nomor urut absen.

Parangga [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang