11. Tugas :)

41 7 0
                                    


Keesokan harinya, seperti yang terucap semalam. Hari ini Darrel datang ke sekolahan menggunakan sebuah mobil sport berwarna merah terang.

Para fans-fansnya yang mayoritasnya adalah kaum hawa, terpesona melihat kedatangan Darrel yang baru saja turun dari mobil.

Laki-laki yang saat ini tengah melepas kacamata hitam yang bertengger di hidungnya itu, semakin membuat para gadis dibuat kelpek-kelpek melihatnya. Berbeda dengan Anna, gadis berambut hitam itu bergidik geli melihat sosok Darrel yang kini terlihat sedang berjalan  angkuh melewati setiap gadis yang mendekati dirinya.

"Kelas kita free!" teriak seorang laki-laki tepat di sebelah kiri telinga Anna.

Gadis yang awal mulanya fokus melihat Darrel, lantas menoleh ke samping dengan raut wajah marah yang ketara.

"Kalau mau teriak jangan di telinga gue, Valdo!"

"Ternyata lo, An?" Valdo menyengir kuda." Gue kira fans nya Darrel tadi, hehe."

Anna memutar bola matanya malas. "Ogah, dan bukan. Gue bukan fansnya."

"Nggak ngaku! Udah ngaku aja kalau lo salah satu fansnya dia."

"Fansnya siapa?"

Ucapan Anna tertahan di ujung bibir. Selaan pertanyaan dari seorang laki-laki di belakang, otomatis membuat Anna menoleh dan mendapati sosok Darrel yang kini berdiri tepat di hadapannya.

Bukannya menjawab. Anna malah berbalik bandan lalu pergi begitu saja meninggalkan kedua laki-laki yang masih berada di tempat.

"Kacang enak ya, bro," ujar Valdo sok-soan prihatin. Dia bahkan menepuk-nepuk bahu Darrel seperti memaklumi.

Darrel yang otaknya masih lambat untuk mencerna semua yang baru saja terjadi, diam membeku di tempat dengan raut wajah ling-lung. Pemuda beriris coklat hazel itu tadi sebelum berangkat belum memakan apa pun, jadi kemungkinan itu yang menjadi penyebab mengapa otaknya lemot pagi ini.

Valdo berbalik bandan, ia berjalan ke arah tangga, menyusul Anna yang sudah lenyap dari balik tangga beberapa menit yang lalu.

Baru tiga langka pemuda itu berjalan, dia berbalik badan, mengepalkan tangan kanannya dan menepuk-nepuk dadanya ke arah Darrel.

Darrel mengernyit, memperhatikan gerak-gerik bocah curut yang semalam membawa semangka ke rumah Anna, akan tetapi ia tidak tahu apa maksud dari gerakan yang baru saja dilakukan oleh laki-laki itu.

Sampai pada akhirnya, Valdo pun berbalik badan dan berlari menghampiri tangga.

"El? Lo ngapain ngalamun di sini?" Arya datang, menepuk bahu Darrel hingga secara otomatis membuatnya terpelelonjak.

Darrel menggeleng cepat. "Gu-e kayak liat setan."

Arya tercengang. "Ngaco!

"Udahlah! Gue mau ke kelas."

"Pagi ini kan lo ada latihan basket." Ucapan Arya berhasil menghentikan pergerakan kaki Darrel.

Darrel mengernyit. "Masa? Kata siapa? Kok lo tau? Tau darimana?"

"Lo sendiri yang ngasih tau gue jumat kemaren." berapa detik kemudian Arya mengedikkan dagunya kedepan. "Rizqi pakai seragam basket, noh."

Sontak Darrel menoleh ke belakang mengikuti petunjuk dagu Arya. Dan benar saja ada seorang laki-laki berambut rapi tengah berjalan di lorong yang jaraknya masih terlampau jauh dari tempatnya dan Arya berdiri.

Arya menepuk pelan pundak Darrel. "Gue cabut duluan."

Masih melihat Rizqi. Darrel sampai tanpa sadar membuka setengah mulutnya karena saking terkejutnya, bahkan dia tidak menghiraukan temannya yang sudah pergi dari harapannya.

Parangga [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang