"A-apa?" tanya Anna yang masih mencerna permintaan yang diajukan oleh Darrel.Darrel mendengus samar. "Lo mau kan sahabatan sama gue?"
"Kenapa harus sahabat sih?"
"Emang kenapa?" pemuda yang semula berkutik dengan bolpoin dan buku di meja lantai menaikkan pandang, lalu menaikkan sebelah alisnya.
Anna sedikit gelagapan. Ia mengusap tengkuknya. "Ya eng_nggak! Kita kan bisa, eng itu! Temenan! Kenapa mesti sahabatan coba?"
"Sebelum ini kan kita udah temenan."
"Sejak kapan? Orang sebelumnya gue nggak mau temenan sama lo," sanggah Anna tidak tidak setuju dengan ucapan Darrel.
"Tapi gue udah anggap lo sebagai temen gue."
"Tapi kan gue nggak anggap gitu." mimik wajah Anna seketika berubah kesal. "Kenapa lo anggap gue gitu, si?"
"Ya emang lo mau gue anggap apa?" tanya Darrel balik, tanpa menjawab pertanyaan dari Anna sebelumnya. "Musuh?"
Anna semakin kesal. "Ya nggak gitu juga."
"Terus apa? Pacar?"
"Nggak!"
"ADEEEEKK! LAPER. BIKININ ABANG MIE DONG!" teriak Genta menggelegar.
"Iya bang sebentar!" teriak Anna dari lantai atas. Setelah itu tatapan sinis ia tujukan pada Darrel.
Buru-buru Anna membenahi seluruh alat-alat tulisnya yang berserakan di meja dengan cepat. Kemudian ia pun berdiri hendak melangkah pergi ke lantai bawah, namun saat itu Darrel langsung menghentikannya dengan memegang salah satu tangan Anna.
"Aw sakit!" kesal Anna, menyentak lepas tangannya.
Darrel tertegun. "Sorry."
Masih menyimpan amarah, Anna hanya meliriknya sambil cemberut, lalu kembali melanjutkan niatnya yang sempat terhenti.
"An?"
Tidak ada sahutan.
"Anna?"
Masih tidak ada sahutan.
"An? Bisa ngomong sebentar?"
Langkah Anna terhenti. Gadis itu berbalik badan sembari memutar bola matanya malas.
"Apa?" tanyanya tidak mau basa-basi.
"Lo belum jawab permintaan dari gue."
Anna mendesah berat. "Lo nggak denger bang Genta manggil gue?"
"ADEK! CEPETAN. ABANG LAPER NI!!"
Baru saja dibicarakan, tapi kang salak Vrindafan sudah tidak sabaran. Mungkin karena cacing-cacing diperutnya sudah konser ria bersama NCT.
"IYA SABAR NAPA, SIH?!" teriak Anna menggebu-gebu.
"LAMA LO!"
"BERISIK LO!"
"CEPETAN YAELAH!"
"IYA INI GUE TURUN,AH!" Anna mendecak sebal di akhir kalimatnya.
"An?" suara panggilan yang datangnya dari belakang itu membuat Anna menoleh dengan raut wajah greget.
"Gue jawab besok!" gadis itu berbalik badan, melanjutkan langkahnya menuruni anak tangga secara gesit.
Di perbatasan tangga, mata Darrel terus mengekor ke arah perginya Anna hingga di bawah terlihat gadis itu bercekcok dengan kakak laki-lakinya sampai berakhir pada pelemparan bantal. Mengamati itu, Darrel diam-diam tersenyum sebelum akhirnya ikut turun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Parangga [√]
Teen Fiction[Part Lengkap] "Parang? Kenapa sih setiap kamu dibully, bukannya nangis kamu malah senyum?" Parangga terkekeh pelan. "Itu karena aku tidak ingin menunjukkan sisi lemahku kepada mereka." "Hm?" "Jadi begini, jangan pernah menunjukkan sisi lemahmu ke...