9) Resah :)

53 8 0
                                    


Kalau ada typo tandain dong, Pren. Biar aku revisi lagi.

💚💚💚

Sudah sekitar 30 menit lamanya, Anna duduk dengan tahapan nanar ke arah jalanan becek yang di aliri air seperti sungai, di sebuah halte bus dekat sekolahannya. Hujan deras disertai angin tiba-tiba mengguyur bumi tanpa permisi saat pulang sekolah.

Anna mulai merasa resah serta kedinginan, dan juga sedikit kelelahan, pasalnya tadi dia berlari sekuat tenaga untuk menuju halte ini saat tiba-tiba butiran air menerjang dirinya. Karena hal tersebut, seragamnya jadi lembap dan menembus kulitnya hingga membuat tubuhnya kedinginan.

Anna membuang napas lelah, untuk saat ini, gadis bersurai hitam bergelombang itu hanya bisa pasrah,menunggu saja sampai hujan lebih reda lagi. Sebenarnya dia bisa saja menelepon kakaknya untuk menjemput dirinya, namun sialnya, ponselnya mendadak mati karena acara lobet segala. Menyebalkan!

Anna bukanlah tipekal cewek yang menyukai hujan. Baginya berhujan-hujannan hanya akan merugikan dirinya. Selain, bajunya basah yang membuat ia merasa risih, sakit ringan seperti flu dan demam juga sangat mengganggunya. Anna benar-benar tidak menyukai keduanya.

Meskipun demikian, bukan berarti ia membenci hujan. Anna suka hujan saat dia akan tidur, karena suara merdunya yang membentur bumi maupun atap rumah, selalu menjadi nada pengantar tidur yang terbaik.

Gadis itu kembali menghela pelan, hidungnya mencium aroma tanah yang bercampur air yang menceruak. Sungguh, saat ini dia benar-benar ketakutan, takut jika keluarganya akan mencemaskan dirinya. Mengingat langit sudah mulai menggelap, pertanda sebenar lagi akan memasuki malam hari.

"Gue pengen pulang," resahnya menenggelamkan kepalanya di antara lipatan tangannya yang terlipat di atas pangkuan.

"Ya udah, pulang bareng gue aja."

Suara familiar itu langsung mengejutkan Anna. Dia mendongak dan melihat sosok Darrel tengah berdiri di perbatasan atap sambil membawa payung bercorak pulkadot.

Anna memalingkan wajahnya. "Nggak! Gue nggak mau pulang naik motor."

"Motor gue di bengkel. Pulangnya jalan kaki pakai payung ini."

Anna paham betul, laki-laki bernama Darrel ini suka sekali naik motor. Bahkan Anna sudah sering menjumpainya sedang kebut-butan di jalan. Yang lebih parahnya lagi, bukan sekali atau dua kali, tetapi kurang  lebih sekitar sepuluh kali Anna melihatnya.

"Gue lagi nunggu Abang gue," elaknya. Anna sengaja berbohong, berniat untuk mengusir laki-laki menyebalkan itu.

Darrel menyipitkan kedua matanya. Rasa curiga kini menyelimutinya saar melihat tingkah gadis itu yang terlihat begitu gelisah.

Laki-laki yang masih berdiri sambil memegang payung itu lantas mengalihkan pegangannya pada pundak dan lehernya, ia merogoh kantung celananya dan segera mengambil barang yang dia cari.

"Nomor yang anda tuju sedang di luar jangkauan_"

Tut!

Darrel berdecak sebal. "Ini kenapa yang jawab malah Mbak-mbak operator?"

Anna berdiri. "Nelpon siapa lo?"

"Elo." jawaban singkat itu berhasil membuat mata Anna melebar. Sial, dia belum menyiapkan sebuah alibi.

"Lo salah nomer kali."

"Ya udah coba cocokin nomor lo sini."

Anna mendengus sebal. "Nggak bisa."

Parangga [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang