Pintu diketok bahkan digedor dengan sangat kuat dari luar. Anna, Genta, Valdo dan Nelly langsung mempusatkan pandangan mereka ke arah pintu.
"Kayaknya itu Zaki," terka Valdo dengan tahapan horor ke pintu yang masih tertutup rapat dan terlihat bergetar akibat dari dobrakan yang ditimbulkan.
Anna menyipitkan kedua matanya. "Kayaknya gue tau dia siapa."
Gadis berambut kepang satu itu melangkah mendekati pintu yang masih digebrak dengan kuat.
Brak!
Pintu terbuka, dan menampakkan seorang laki-laki bertubuh bongsor, berambut hitam acak-acakan, tengah mengangkat tangannya bersiap untuk mengetuk pintu, namun setelah melihat sang empunya rumah telah berdiri, dia langsung terdiam dan mengurungkan niatnya itu.
"Santai, bangsat!" Anna menatap sinis laki-laki yang kini menyengir kuda memperlihatkan gigi-giginya.
"Wih si adek, kayaknya nggak sia-sia lo bimbingan sama Babang Edo."
Anna memutar bola mata malas. "Bapack Edo yang tidak saya hormati, silahkan keluar!"
Bukannya menuruti perkataan tuan rumah, Edo malah melengos masuk ke dalam rumah yang maha luas tersebut. Yah, dia tahu ucapan gadis itu hanyalah sebuah joke semata.
Edo, nama laki-laki berusia 21 tahun yang biasa ada di dalam buku bahasa inggris atau buku cetak milik sekolahan. Hanya saja yang satu ini nyata. Dia ini adalah teman satu-satunya Genta yang sering mampir ke rumah, sekaligus guru dadakan Anna. Guru disini maksudnya adalah orang yang mengajarinya sesuatu, tapi bukan di sekolahan, bahkan bukan pelajaran yang wajar. Jika ada yang bertanya bagaimana Anna bisa menjadi gadis bar-bar dalam waktu satu hari. Tentu saja jawabannya karena mendapatkan materi sesat dari Edo.
"Wih ada semongko." mata Edo berbinar, dia duduk dengan santai di sofa sambil mencomot dua buah semangka potong di piring. "Tarek ses, semongko, ah mantap!"
Valdo yang baru saja menggigit pucuk semangkanya, menatap aneh ke arah laki-laki tidak sopan yang tiba-tiba duduk disebelahnya.
"Loh? Nelly mana?" tanya Anna pada siapa saja yang mau menjawab.
"Ke kamar mau ngerjain PR katanya," sahut Genta. Pandangan laki-laki itu menelisik ke arah sahabatnya yang sedang asik memakan semangka.
Jangan heran mengapa Anna bisa semudah itu berubah menjadi gadis bar-bar dalam kurun waktu singkat. Guru yang mengajarnya saja kelewat profesional bar-barnya.
"Jadi lo di sekolahan masih sering di bully?" pertanyaaan yang meluncur dari mulut Edo, sontak membuat Anna menggeleng.
"Tapi gue masih takut."
"Masih awal jadi wajar, ntar juga lo pasti terbiasa jadi bar-bar."
Valdo melirik sinis Edo. "Jangan ajari dia jadi bar-bar, anjir!"
"Kenapa emang?" kali ini Genta yang menyahut, dia merasa penasaran dengan jawaban yang akan dilontarkan oleh sepupunya.
"Serem!" Valdo bergidik ngeri. " Baru pemula aja, si Zaki udah babak belur dihajar sama dia, gimana kalau bar-barnya udah tingkat pro?"
Edo tertawa puas. Ternyata tidak sia-sia dirinya mewariskan ajaran sesatnya itu pada adik dari sahabatnya. Di luar dugaan sekali gadis yang semula ia lihat seperti tikus kecebur, sekarang malah bisa dibilang sebelas duabelas dengan harimau.
Valdo senang karena usahanya dalam mendidik Anna selama kurang lebih dua minggu, membuahkan hasil juga. Valdo melakukan hal ini juga karena iming-iming sejumlah uang yang lumayan dari Genta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Parangga [√]
Teen Fiction[Part Lengkap] "Parang? Kenapa sih setiap kamu dibully, bukannya nangis kamu malah senyum?" Parangga terkekeh pelan. "Itu karena aku tidak ingin menunjukkan sisi lemahku kepada mereka." "Hm?" "Jadi begini, jangan pernah menunjukkan sisi lemahmu ke...