86) Berakhir :)

80 9 0
                                    


"Kecelakaan tragis di tol Ahmad Yani, menewaskan satu orang siswa sekolah menengah atas berinisial G. Korban diduga ngebut berkendara hingga akhirnya harus berakhir tertabrak minibus yang melaju dari arah selatan."

"Assalamu'alaikum," salam Genta memasuki rumah dengan lesu.

Pemuda yang mengenakan seragam SMA Trisatya itu menunduk, berjalan lambat menuju ruang tengah.

"Waalaikumsalam. Gen?" Raharja meletakkan remot televisi ke atas meja. "Kenapa baru pulang?" tanya Raharja cemas. "Ada sesuatu yang harus ayah bicarakan sama kamu."

"Maaf, Yah. Tadi ada kendala, makanya_"

Genta menghentikan kalimatnya kala merasakan kantung celananya bergetar. Ia lantas merogohnya dan mengambil ponsel pintar miliknya yang layarnya menampilkan nomor tidak dikenal.

Tanpa pikir panjang, Genta pun menerimanya. "Hallo? Ini siapa?"

"Bang Genta.." Sahut seseorang dari sebrang dengan nada yang terdengar bergetar. ".. Anna loncat dari rooftop."

Mata Genta melebar sempurna, ponsel yang ia pegang merosot dari genggamannya dan terbanting jatuh di atas lantai.

"Gen?"

Yang namanya dipanggil menoleh. Ayahnya sedang menatap bingung ke arah dirinya. "Kenapa?"

Genta menggeleng. "Ada sesuatu yang mendesak. Jadi aku harus balik ke SMA."

"Tapi sebelum itu, ayah mau kasih tau. Kalau hasil tes DNA yang didapat, golongan darah Anna sama seperti milik ayah, sedangkan Terry tidak, bahkan beda dengan darah Ibu kamu."

Deg!

Apa itu artinya, Anna memang adiknya?

Tanpa berpamitan, Genta langsung membuang tasnya ke sembarang arah, lalu lari secepat kilat keluar rumah tanpa berpamitan dengan sang Ayah.

Dia harus bergegas sebelum terlambat, atau kalau tidak firasat-firasat buruk yang timbul di dalam benaknya akan benar-benar terjadi.

.

Arya berjalan santai menuju halte bus dekat sekolahnya sambil bersiul-siul. Sore yang redup ini mendukung suasana hatinya untuk semakin tenang setelah kelelahan merangkum materi sejarah yang diperintahkan oleh Pak Mulyo.

Jadi, karena tidak ada tugas lagi yang menggangunya. Arya pun akhirnya bisa bernapas lega untuk segera kembali ke rumah.

Arya berhenti melangkah, pikiran tiba-tiba terasa janggal, seperti ada sesuatu yang tertinggal.

"Damt it!" umpat Arya, berbalik lalu berlari kembali menuju sekolahan.

Karena terlalu sibuk memikirkan akan pulang, cowok kulkas dua pintu itu jadi melupakan buku tulisnya yang tertinggal di perpustakaan. Untungnya, dirinya masih berada di kawasan yang dekat denganmu sekolahan. Kalau tidak, entah bagaimana nasibnya besok.

Hari rabu besok, ada ulangan sejarah, makanya Pak Mulyo jauh-jauh hari memberi mereka tugas untuk merangkum.

Karena Arya adalah tipekal murid yang suka malas, jadi dia memilih mengerjakannya saat sudah jatuh tempo.

Biasanya kalau sudah mepet begini, mau sebanyak apa pun tugasnya pasti akan selesai.

Cowok itu menaiki anak tangga terakhir menuju lantai tiga. Ia mempelankan laju larinya, dan memilih untuk berjalan, karena kelelahan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 26, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Parangga [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang