"Dengan mengikuti paksaan dari keadaan, mungkin kebahagiaan baru akan terciptakan."
🌻💚🌻
Kalau bisa, baca BAB ini sambil dengerin lagu ya.
Saran lagu dariku "Menjadi dia-Tiara Andini."
Terserah lah mau dengerin lagu galau apa, joji juga boleh 😭
Happy Reading..
Harusnya gue jangan langsung percaya gitu aja. Gue terlalu bodoh, sampai-sampai gue dibuat jatuh hati. Kenapa gue bisa selemah ini? Batin Anna terisak.
"Dek buka pintunya, gue mohon." Bias suara Genta terdengar mulai melemah, setelah lebih dari 20 menit, laki-laki itu membujuk adiknya dari balik pintu kamar yang tertutup rapat, namun tak kunjung juga mendapatkan jawaban.
Ini memang salahnya. Genta tidak memikirkan matang-matang konsekuensi yang akan didapatnya nanti. Karena yang menjadi tujuan utama dia melakukan hal ini, semata untuk membuat adiknya bahagia.
Dada Anna teramat sesak. Ia seakan tidak menerima kenyataan yang baru menimpanya.
Gadis itu duduk di bawah ranjang, menenggelamkan wajahnya di antara lipatan tangannya yang memeluk kakinya
"Gue minta maaf dek. Ini emang salah gue, tapi gue mohon jangan benci gue maupun Darrel."
Meskipun lelah, Genta tetap berusaha membujuk Anna. Hingga sang ayah yang melihatnya pun menjadi iba.
"Bang.." panggil Raharja memengang pundak putranya. "Kasih waktu adek kamu buat sendirian dulu. Kamu bicarakan baik-baik besok pagi."
"Tapi yah.."
Kepala Raharja menggeleng pelan. "Ayah tau, kamu pasti lelah mempersiapkan kegiatan masa cuti kamu nanti. Jadi, lebih baik kamu istirahat."
Genta menunduk, merasa bersalah.
Raharja mencengam kuat kedua bahu putranya untuk menyalurkan kekuatan. "Percaya sama ayah, besok semuanya pasti bakal membaik."
Raharja beralih merangkul pundak putranya, dan membawanya menuju kamar Genta.
Sementara itu. Di dalam kamar, Anna tengah menghubungi seseorang melalui telpon pintarnya.
"Halo? Kenapa, Na? Tumben lo telpon gue?" tanya orang di sebrang begitu telpon tersambung.
"Dev, lo masih mau jadiin gue sebagai pacar lo?"
🌻💚🌻
"Lo mau nggak, jadi pacar gue?"
Kini, di hadapan banyak orang yang berkerumun membentuk lingkaran. Tatapan mata Anna, menatap dalam, Devan yang bertekuk lutut di bawahnya.
Perasaannya berkecamuk tidak jelas. Debar-debar keraguan, ikut serta berdisko dalam dadanya.
Tangan Anna terulur, menerima setangkai mawar merah yang Devan berikan untuknya. "Iya gue mau."
KAMU SEDANG MEMBACA
Parangga [√]
Teen Fiction[Part Lengkap] "Parang? Kenapa sih setiap kamu dibully, bukannya nangis kamu malah senyum?" Parangga terkekeh pelan. "Itu karena aku tidak ingin menunjukkan sisi lemahku kepada mereka." "Hm?" "Jadi begini, jangan pernah menunjukkan sisi lemahmu ke...