Kebetulan sekali hari ulang tahun Genta bertepatan pada hari minggu. Jadi Anna bisa mempunyai banyak waktu luang untuk mencari keperluan pesta.Seusai mencuci sepatu, dan menyibukkan diri dengan berbagai hal. Anna memutuskan untuk pergi untuk membeli apa saja yang dibutuhkan untuk pesta dengan mengajak Nelly selaku Adiknya. Gadis kecil ini lebih lama tinggal dengan Genta dibandingkan dirinya, karena itulah Anna rasa dia pasti tahu segalanya tentang apa saja yang disukai dan tidak disukai oleh pemuda yang hari ini genap berusia 21 tahun itu.
"Kenapa kita nggak ke moll aja, dek?" tanya Anna mencari tahu sebab mengapa Nelly memilih ke pasar tradisional.
Nelly tersenyum. "Soal moll urusan terakhir. Pertama ada sesuatu yang harus kita beli dulu di pasar, Kak."
Anna mengerutkan kening. Memang apa yang harus dibeli? Anna bingung, biasanya orang-orang kaya cenderung memilih mall sebagai tempat belanja dibandingkan dengan pasar tradisional. Tetapi adiknya...malah? Anna baru tahu ternyata orang kaya juga bisa berbelanja ke pasar tradisional.
Benar-benar sangat kampungan sekali dia ini.
Mereka berdua tiba-tiba berhenti pada salah satu kedai di pasar.
"Kita kasih kado Bang Genta ini aja, Kak," ujar Nelly memberikan sebuah salak pada Anna.
Kado salak?
"Apaan ini?" Anna membolak-balik,buah bersisik coklat itu dengan seksama.
Nelly menepuk jidatnya sendiri sambil menggelengkan kepala. "Ya salak lah, Kak Anna!"
"Kita kasih kado ini?" tanya Anna memastikan. Nelly mengangguk. "Emang nggak akan busuk?"
"Ihh, ya nggak lah Kakak! Kan langsung dikasih, ntar juga pasti bakalan cepet habis, dimakan sama Abang."
Anna melongo, ia kira Nelly-lah yang polos disini karena memberikan saran untuk memberi kado salak. Tapi ternyata malah dirinya yang polos dan terlihat lebih bodoh daripada Adiknya, sampai-sampai Ibu-ibu penjual buah terkekeh.
"Buk, salaknya dua kilo, ya?" ujar Anna, mengalihkan topik pembicaraan.
"Dua kilo saja? Nggak mau tambahin setengah kilo lagi?"
Anna menggeleng."Kebanyakan Buk, ngomong-ngomong satu kilo, harganya berapa?"
"7 ribu."
Anna diam bergeming, memikirkan tawaran dari Ibu itu sejenak, sampai akhirnya ia merasa sepertinya ibu itu benar. Dia harus menambahkan setengah kilo lagi, mengingat pestanya pasti akan meriah karena Edo akan datang, dan yah, laki-laki bongsor itu sangat rakus. Kasihan jika salak milik kakaknya dicomot habis olehnya. Lagipula harga salaknya saja murah.
"Eum, ya udah deh, buk. Tambahin setengah kilo lagi."
"Siap,"sahut pemilik kedai menimbang salak yang sudah dibungkus.
"Totalnya jadi 15 ribu kan, buk?"
Ibu penjual buah terkejut. "Lah, kamu mau korupsi atau bagaimana?"
Nada tinggi ibu itu membuat Anna langsung shock. Dia tidak tahu kenapa secara tiba-tiba ibu-ibu ini malah menuduh dirinya ingin korupsi?
Lengan Anna terasa nyeri. Nelly bari saja mencubitnya. Ia menoleh melihat wajah adiknya yang ikut-ikutan terlihat kesal. Mereka berdua ini sebenarnya kenapa jadi aneh begini?
"Harganya bukan segitu, Kak," bisik Nelly.
"Iya Kakak tau, tapi Kakak kan nambah salaknya setengah kilo."
Ibu penjual buah berdehem. "Jadi beli salaknya, nggak?"
"I-iya jadi," jawab Anna ragu. "Lim-lima belas ribu rupiah kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Parangga [√]
Teen Fiction[Part Lengkap] "Parang? Kenapa sih setiap kamu dibully, bukannya nangis kamu malah senyum?" Parangga terkekeh pelan. "Itu karena aku tidak ingin menunjukkan sisi lemahku kepada mereka." "Hm?" "Jadi begini, jangan pernah menunjukkan sisi lemahmu ke...