Apa mereka berdua saling kenal? Batin Anna menebak.Gadis anggun itu berjalan beriringan dengan seorang cowok, yang tak lain lagi adalah Darrel. Mereka berdua terus berjalan ke arah Anna dan Tara, kemudian berhenti setelah sampai dihadapan mereka.
"Kok lo tau Tara?" pertanyaan itu meluncur begitu mulus dari mulut Anna untuk memuaskan rasa ke keingin-tahuannya.
"Itu karena gue sekelas sama Tara."
Jawaban yang cukup masuk akal itu seketika melenyapkan rasa penasaran Anna begitu saja.
"Ah iya. Apa sweeter gue masih ada di lo, An?" tanya Kanaya baru saja mengingat sesuatu yang tiba-tiba melintas di benaknya.
"Yang warnanya merah itu?" Kanaya mengangguki pertanyaan Anna secara spontan. "Iya masih ada di gue. Maaf ya nggak gue bawa, soalnya gue lupa."
"Nggak papa kok. Besok bisa bawa?"
Kepala Anna mengangguk cepat. "Bisa."
"Kalau gitu besok jangan lupa, ya," pesan Kanaya seraya mengulas senyum manis di bibirnya.
"Jadi lo udah keliling sekolah ini sama Darrel?" tanya Tara disela mendapat kesempatan untuk berbicara.
"Iya udah."
Tara bernapas lega. "Maaf ya, tadi ada urusan, gue jadi nggak bisa nemenin lo."
"Ah nggak masalah. Besok temenin gue keliling lantai tiga, mau?"
"Mau. Emang tadi udah sampai mana?"
"Lantai dua doang. Gue inget ketinggalan banyak materi jadi harus pijem beberapa catetan "
"Mau pinjem catenan gue?" tawar Tara dengan senang hati.
"Mau dong, masa nggak?"
Tara terkekeh pelan. "Kalau gitu ayo ke kelas, gue bisa pinjemin beberapa buku yang gue bawa."
"Oh iya." pandangan Tara teralih ke arah Anna dan Darrel yang masih berdiri di tempat, tak membuka suara semenjak dia berbincang dengan teman barunya. "Kita duluan ya."
Dengan kompak Darrel dan Anna mengangguk. Tara tersenyum tipis, Kanaya juga, sebelum akhirnya mereka berbalik pergi menuju ke arah kelas
Terlihat dari tempat Anna berdiri, dua orang yang baru jadi teman sekelas selama satu hari itu terlihat begitu akrab saat mereka tertawa riang sampai pada akhirnya lenyap dari balik pintu.
"Akhem!" deheman canggung itu membuat Anna langsung mengalihkan pandangannya pada sang pemilik suara. "Lo udah makan?"
Gadis itu menanggapinya dengan gelengan singkat.
"Ayo ke kantin bareng," ajak Darrel sembari mengulurkan tangannya.
Ragu-ragu, Anna menerimanya. Saat telapak tangannya berada di atas telapak tangan Darrel, tiba-tiba saja Darrel mengeratkanya. Dan entah mengapa Anna merasa seperti baru saja ada aliran listrik kuat yang menyerangnya hingga dirinya teringat pada..
Cup!
Anna menggelengkan kepalanya kuat-kuat, menampis hal yang baru saja ia ingat. Jatungnya berdebar-debar, dan dia merasa sedikit kepanasan seolah-olah baru saja dijemur di bawah teriknya sinar matahari siang, padahal kondisinya saat ini sedang berjalan di koridor kelas yang tidak terjangkau dari sinar matahari.
Tanpa disadari, tangannya masih digandeng oleh Darrel. Secepatnya, Anna segera menyentak lepas tangannya itu.
"Ken..kenapa lo gandeng tangan gue?" gugup Anna menanyai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Parangga [√]
Novela Juvenil[Part Lengkap] "Parang? Kenapa sih setiap kamu dibully, bukannya nangis kamu malah senyum?" Parangga terkekeh pelan. "Itu karena aku tidak ingin menunjukkan sisi lemahku kepada mereka." "Hm?" "Jadi begini, jangan pernah menunjukkan sisi lemahmu ke...