BAB 29 • Tindak Kejahatan

305 43 64
                                    

Pagi hari, seperti biasa Evans sudah ada sibuk diruang makan menyiapkan sarapan untuk Flow. Flow turun dengan memakai seragam sekolahnya. Namun saat akan duduk di kursi makan, Flow merasa mual, Ia pun berlari kedapur dan muntah-muntah di westafel. Seperti biasa, Evans menyusul Flow dan membantu nya.

Bik Aida yang sudah sering melihat Flow mual-mual pun faham akan keadaam Flow, karena Bik Aida tentu saja sudah berpengalaman karena Beliau juga adalah seorang Ibu. Namun, Bik Aida memilih tidak mecampuri urusan majikannya.

Setelah selesai muntah, dibantu evans, Flow berjalan perlahan lalu duduk diruang makan. Evans meladeni Flow dengan sabar.

Evans : " Sayang??".
Flow : " Ya Om??".
Evans : " lemes ya Bee?? Hari ini gak usah sekolah dulu ya??".
Flow : " Ga ah Om.. Bee bosen sering gak sekolah.. Bee gpp kok Om".
Evans : " Pokoknya kalo ada apa-apa, langsung telepon Om evans ya sayang??".
Flow : " Iya Om".

Evans mengusap pelan kepala Flow. Flow mulai makan dengan perlahan.

Evans : " Bee..??".
Flow : " Iya Om??".
Evans : " Dia anter jemput sopir ya sayang?? Sopirnya udah ada kok didepan".
Flow : " Iya Om".
Evans : " Nanti pulang sekolah ke perusahaan Om ya?!".
Flow : " Em.. Liat sidkon kondisi tubuh Bee nanti gimana ya Om??".
Evans : " Iya sayang".

Evans yang biasa duduk dihadapan Flow, kini Ia pindah duduk disebelah Flow. Flow melirik kearah Evans.

Flow : " Kenapa Om??".

Tangan evans membelai perut Flow. Flow terkejut, namun Ia mernikmati sentuhan Evans itu.

Evans : " Om pengen sentuh perut kamu, kan ada calon anak Om disini".

Flow kembali makan, mengunyah dengan canggung. Evans terus membelai perut Flow. Sentuhan Evans tentu membuat Flow nyaman bahkan Ia tak sedikit menolaknya karena Flow merasa terharu dengan sikap Evans itu.

Setelah selesai makan, Flow dan Evans berjalan menuju pintu keluar. Sampai diruang tamu, Evans menahan Flow.

Flow : " Kenapa Om??".

Evans membungkukkan badannya lalu mencium perut Flow, lalu kembali membelai perut Flow.

Evans : " Sayang.. Jangan rewel ya, yang baik yah diperut mama kamu..".

Evans kembali mencium perut Flow. Flow hanya terdiam, terpaku. Evans kembali menegakkan badannya. Evans mencium kening flow. Lalu keduanya saling menatap.

Evans : " Bee... ".
Flow : " Hmm??".
Evans : " Nikah yuk?? Biar Om bisa nerkam kamu kapan aja??".
Flow : " Hih Om.. Hmm???".
Evans : " Hehe.. Abisnya, Om gemess banget Bee sama Kamu..".
Flow : " Sabar Om.. Nunggu Bee lulus ya, hehe".

Evans tersenyum. Evans menarik Flow dan memeluknya. Flow membalas pelukan Evans itu. Tak lama keduanya saling melepas pelukam itu.

Flow : " Yaudah, Bee berangkat dulu ya Om??".

Flow menyambut tangan Evans dan salim pada Evans.

Evans : " Iya Bee.., eh Bee..".
Flow : " Iya Om?? Ada apalagi Om??".
Evans : " Gak tau kenapa kok, firasat Om gak enak ya Bee..".
Flow : " Gak enak gimana Om??".
Evans : " Em.. Gpp.. Lupain aja.. Yaudah kamu hati-hati ya Bee??".
Flow : " Iya Om, daaah Om evans..".
Evans : " Daaah sayang??".

Flow berjalan menuju kemobilnya yang sudah ada sopir menunggunya didalam. Flow masuk kedalam mobil itu.

***

Evans sibuk dengan kerjaannya di perusahaan. Bahkan Ia ada menghadiri sebuah meeting. Namun, kebucinannya tak pernah tergeserkan atau hilang. Meski sesibuk apapun, Evans selalu menyempatkan waktunya meski sebentar hanya untuk chat keponakan tersayangnya itu, atau bahkan hanya sekedar melihat foto Flow yang Ia pasang di wallpaper layar ponselnya.

My Uncle Evans Geraldo Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang