BAB 22 • Merasa Dikhianati

393 56 67
                                    

Beberapa bulan kemudian.
Flow merasa sejak Ia hampir mengalami pelecehan oleh raka, Evans ada berubah. Evans yang sering candu menjamah tubuhnya meski hanya sebatas dibagian bukit indahnya atau lehernya. Kini sudah hampir tak pernah evans lakukan. Evans hanya seringkali mencium bibir , pipi dan kening Flow saja. Bukan karena Flow pun merasa Candu atau apa, tapi Flow takut, perubahan Evans itu suatu pertanda bahwa Evans bosan dengan dirinya atau sudah tak lagi ada seniat sebelum-sebelumnya.

Flow sangat ingin bertanya pada Evans soal itu, namun tentu saja Flow merasa sungkan. Sikap Evans yang suka manjain dan perhatiin Flow tidak ada yang berubah. Hanya itu saja yang Flow rasa, ada perubahan pada evans. Mengapa evans seakan bisa semudah itu tak lagi menjamahnya.

Beberapa minggu ini, Flow juga sudah jarang ada datangi Evans keperusahaan. Itu Ia lakukan karena Evans juga bilang Ia sedang sangat sibuk akhir-akhir ini. Dan kini Flow memutuskan pulang sekolah Ia langsung ke perusahaan Evans menemui Evans.

Di perusahaan Evans. Okna berjalan membawa bekal makanan. Okna sudah berkali-kali ada datangi Evans di Perusahaan namun Ia sering ditolak. Okna juga tetap bisa menemui Evans karena Ia nekat masuk. Namun Evans yang malah pergi dari ruangannya menghindari Okna. Dan kini Okna tak lagi bisa menahan, Okna ingin berbicara pada Evans agar Evans kembali berfikir soal perjodohan dan pernikahannya.

Okna : " Evans ada diruangan??".
Sinta : " Maaf Nona.. Tuan Evans tidak mau anda mengganggunya".
Okna : " Ada kan??".
Sinta : " Tapi Nona..".
Okna : " Ingat!! Jangan larang-larang gue!! Dan pastikan Jangan ada yang masuk, ganggu gue sama Evans!! Gue calon istrinya.. Berani larang-larang gue, gue bisa bikin Lo dipecat!!".

Sinta menundukkan kepalanya. Okna nyelonong masuk keruangan Evans tanpa mengetuk pintunya. Evans sedang bersandar disofanya sambil memejamkan matanya. Evans sangat kecapean karena jadwal nya memang sungguhlah padat. Evans sampai tak menyadari kehadiran Okna didekatnya. Okna menata bekal makanan yang Ia bawa dimeja depan sofa itu. Lalu Okna menyentuh Evans dan memijit kepalanya. Tentu saja Evans terkejut. Evans membuka matanya menoleh kearah okna.

Okna : " Capek ya Vans??".
Evans : " Okna??".

Evans langsung menegakkan tubuhnya dan duduk dengan benar.

Okna : " Makan dulu vans, Lo belum ada makan kan??".
Evans : " Siapa yang biarin Lo bisa masuk kesini!!".
Okna : " Gue kangen sama Lo vans.. Vans..".
Evans : " Oknaa!! Pergi Lo dari sini!!".
Okna : " Vans.. Sampai kapan gue nunggu Lo nikahin gue??".
Evans : " sudah gue bilang Okna!!! Gue gak niat sama Lo!!!".
Okna : " Lo masih saja ngarepin keponakan Lo itu vans??".
Evans : " Gak usah bawa-bawa dia!!!".
Okna : " vans.. Harus gimana gue?? Agar Lo bisa terima gue Vans??".
Evans : " Gak akan pernah!!".

Evans bangkit dan berdiri. Okna secepat mungkin membuka kancing kemejanya dan menaikkan rok nya. Okna menarik Evans dengan Ia menjatuhkan tubuhnya rebahan disofa. Evans tertarik oleh Okna dan hampir menindihnya.

Evans : " Okna lepass!! Gila Lo Okna!!

Okna tak menghiraukan sama sekali ocehan Evans. Dipikirannya kini Ia hanya ingin memakai cara pintas dengan memancing hasrat Evans dan membuat Evans terbuai padanya. Evans sekuat tenaga menahan agar tak menindih Okna. Namun Okna terus menarik kepala Evans dan bibir keduanya bersentuhan bahkan bukit indah Okna sedikit terlihat dan Okna mengarahkan, memaksa tangan Evans kesitu.

Evans : " Heh Okna !! Lep...".

Okna mencoba melumat bibir evans.

Flow : " Mbak.. Om evans ada didalam??".
Sinta : " Eh iya ada.. Tapi..".
Flow : " Makasih Mbak".

Flow nyelonong menuju keruangan Evans dan membuka pintunya tanpa mengetuknya. Namun baru sedikit membuka pintunya, Flow terkejut bukan main atas pemandangan yang Ia lihat. Ia spontan menutup mulutnya sendiri dengan tangannya. Evans terlihat berciuman menindih Okna dan bahkan tangannya menyentuh bukit milik Okna. Evans mencoba mendorong Okna , Okna terus menikmati bibir Evans. Flow tak lagi kuat melihatnya. Hatinya hancur , kakinya terasa kelu. Ia memilih pergi dan melepas pintu itu. Terdengar bunyi pintu itu tertutup. Evans berhasil lepas dan Ia menoleh kearah pintu itu. Namun Evans tak tau siapa yang sempat membuka pintu itu.

My Uncle Evans Geraldo Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang