94 • Perubahan Kesehatan Flow

110 12 6
                                    

Sudah hampir dua minggu ini, Flow merasa tubuhnya tak selemah biasanya. Bahkan Flow sempat bermalas-malasan selama beberapa hari. Evan sangat sedih melihat Flow yang tiba-tiba seperti tidak semangat seperti biasanya. Namun Evan selalu merawat Flow dan dengan sabar memberi Flow perhatian yang lebih. Flow yang merasa tubuhnya sedang tidak stabil, moodnya terbantu karena kesabaran Evan itu. Evan harus semakin melapangkan dadanya karena Flow yang sekarang begitu sangat sensitif hatinya juga pemikirannya. Bahkan seringkali Flow merasakan cemburu yang berlebihan. Evan sempat ada rasa curiga dan menduga bahwa Flow kemungkinan sedang hamil. Namun berulang kali Evan mengajaknya ke dokter, Flow selalu menolaknya. Itu karena Flow yang tak yakin bahwa penantiannya selama itu akan berbuah juga. Flow juga tak ingin nantinya semakin mengecewakan suaminya karena Ia takut, hasil pemeriksaannya nanti tetap sama, Flow tidak hamil. Evan sempat memaksa Flow dengan halus untuk periksa ke dokter, namun itu malah membuat Flow semakin marah tak jelas. Evan memilih hanya diam dan mengalah.

***

Kini Flow ditemani sang Mama angkatnya berbelanja disebuah supermarket bersama Jason juga. Seperti hari-hari sebelumnya, Flow merasa mudah capek dan tubuhnya tiba-tiba terasa lemas. Flow memilih lebih dulu duduk dibangku ditemani Reena dan jason.

"Kamu kenapa nak? lagi gak enak badan?" tanya Reena pada Flow.
"Gak tahu Mah, Flow akhir-akhir ini sering ngerasa cepet capek dan tiba-tiba tubuhnya Flow lemes" jawab Flow sambil mencoba mengatur nafasnya yang terasa sedikit tersengal-sengal. Jason memilih hanya memperhatikan dua wanita yang sama-sama disayanginya itu.
"Udah periksa ke dokter?" tanya reena lagi.
"Belum Mah"
"Kenapa?"
"Ko Evan kira Flow sedang hamil, tapi Flow gak yakin ini Flow beneran hamil, Flow takut nantinya bakal ngebuat Ko Evan semakin kecewa sama kekurangannya Flow ini" terang Flow. Reena membelai kepala Flow. Jason merasa sendu mendengar ucapan Flow itu. Ia pun teringat disaat Ia membuat Flow celaka dan hingga kehilangan janin yang dikandungnya dan katanya itu adalah darah dagingnya.

"Jason.."
"Iya Mam?"
"Kamu jagain adikmu dulu ya, Mama mau ketoilet sebentar"
"Iya siap Mam"
"Jaganya yang bener lho jangan bikin Dia nangis"
"Ih apaan sih Mam?"

Reena tersenyum pada kedua anak yang disayanginya itu.

"Nak, Mama ke toilet sebentar ya? gak apa-apa kan?" tanya reena pada Flow.

"Iya Mah, mamah gak apa-apa? ketoiletnya sendirian aja?"
"Gak apa-apa Sayang, Mama kesana dulu ya"
"Iya Mah"

Reena pergi menuju ketoilet yang ada diseberang. Namun disaat Beliau sudah sampai didekat toilet, Beliau memilih berjalan melewatinya dan berhenti didekat dinding skat toilet itu dan berusaha tak terlihat oleh Flow dan Jason. Reena menelepon Evan. Tanpa basa-basi, Reena membahas soal perubahan kesehatan Flow juga suasana hati Flow akhir-akhir ini. Evan menjelaskan bahwa memang Flow akhir-akhir ini mengalami banyak perubahan suasana dan itu membuatnya kesabarannya benar-benar sedang diuji. Reena menanyakan detail tentang perubahan Flow itu. Evan dengan balak-blakan menjelaskan semuanya. Flow begitu sering extra cemburuan, mudah tersinggung, cepat lelah, sering merasakan pusing, keinginan yang seringkali suka berubah-ubah dalam hitungan detik dan lain sebagainya.

"Kamu belum coba suruh Flow lakukan tes kehamilan dirumah, Van?"
"Ya kan Kamu tahu Mbak? diajak periksa aja gak mau apalagi suruh Dianya tes kehamilan?"
"Iya juga sih ya, gini aja deh.. biar Aku bujuk Flownya biar mau periksa ya? gak apa-apa kan? kalau misal Dianya mau, periksanya sama Aku?"
"Dianter sama Jason ya Mbak?"
"Udah gak usah cemburu, berdoa saja semoga Flow beneran hamil Van, gak usah mikirin hal lain lagi"
"Iya Mbak, iya"
"Tapi rahasiain dulu soal ini ya? jangan ada bilang dulu sama Flow"
"Iya siap Mbak"
"Oke, kalau gitu..."
"Eh mbak, ini masih di supermarket?"
"Iya Van"
"Supermarket mana Mbak?"
"Didalam Mall PG. kenapa? mau nyusul? kan Aku mau bawa dia periksa Van? kalau ada Kamu, ya bisa-bisa Flownya nolak lagi?"
"Iya juga ya Mbak"
"Niat Flow baik kok Van, Dia gak mau kecewain Kamu"
"Iya Mbak, Aku faham kok, cuma ya Aku jadi lebih kasihan sama Flownya Mbak"
"Kamu sih dulu main tembak aja dan buntingin anak orang seenaknya!"
"Aduh Mbak, kok malah jadi ungkit masa lalu sih, jangan lupa Mbak, anak mbak juga lho hehe"
"Ya kalian itu sama cerobohnya!"
"Kok malah jadi ngomelin Aku sih Mbak?"
"Iya.. iya.. yaudah, Aku tutup teleponnya ya Van"
"Iya Mbak, nitip istriku ya Mbak, tolong terus dijaga, hehe"
"Siap Tuan Evan"

My Uncle Evans Geraldo Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang