95 • Kebahagiaannya Kembali Terusik

144 17 3
                                    

Selama Evan tahu kehamilan Flow, Evan selalu lebih extra perhatian juga begitu extra menjaga Flow. Flow sampai terkadang merasa kesal karena sikap suaminya itu membuatnya jadi terbatas kebebasannya seperti biasanya. Namun, Flow tetap bisa berfikir jernih dan tetap berusaha menerima sikap berlebihannya Evan memperhatikannya.

Siang ini, Flow sedang ada disalah satu tempat usahanya diantar oleh sopir pribadinya. Karena selama masa kehamilan, Evan memilih mencarikan sopir untuk istrinya itu, dan tidak sekalipun mengijinkan istrinya menyetir sendiri atau kemana-mana hanya seorang diri.

"Eh udah hampir jam dua belas nih, em.. mampir ke Perusahaan Ko Evan ah.. ajak Ko Evannya makan siang bareng, dianya sibuk nggak ya?" gerutu Flow.

"Aku coba telepon Ko Evannya dulu deh" gerutu Flow lagi. Flow mencoba berulang kali sampai lima kali panggilan. Namun tidak ada sekalipun ada jawaban.

"Ko Evan lagi ada meeting kali ya, yaudahlah Aku kesana langsung aja" gerutu Flow lagi. Flow masuk kedalam mobilnya lalu menyuruh sang sopir bergegas menuju ke Perusahaan Evan. Sesampainya disana, ternyata Evan sedang ada meeting diluar sekalian makan siang bersama kliennya. Tentu saja ada rasa kecewa dibenak Flow. Apalagi dengan kondisinya yang sedang hamil, membuat tingkat keemosiannya lebih tinggi dari pada disaat Ia sedang tidak hamil.

"Yah, Aku makan sama siapa dong?" gerutu Flow yang sudah ada duduk disofa yang ada didalam ruangan Evan.

"Ko Evan.. Bee kangen tau, hiks" gerutu Flow lagi.

"Ngajak siapa ya buat temenin makan diluar?" gerutu Flow lagi.

Tiba-tiba ponsel Flow berdering. Ada panggilan dilayar ponsel Flow. Flow melihat layar ponselnya itu.

"Kak Fernand?" gerutu Flow lagi. Flow langsung mengangkat telepon itu.

"Ya Kak? ada apa Kak Fernand?"
"Lagi dimana adiku sayang?"
"Lagi di Perusahaan Ko Evan ini Kak, kenapa Kak?"
"Yah.. Kamu mau makan siang sama suamimu ya Flow?"
"Niatnya sih iya Kak, tapi ternyata Ko Evan lagi ada meeting diluar dan pastinya sekalian makan siang sama kliennya"
"Nah.. kalau gitu sama Kakak yuk?"
"Kakak udah di Semarang, Kak?"
"Iya Adiku, Kakak kangen tau sama Kamu"
"Wah.... mau kak, yuk kita makan siang bareng Kak!?"
"Tapi bertiga gak apa-apa ya?"
"Hah? bertiga Kak? sama siapa lagi Kak?"
"Calon Kakak ipar Kamu"
"Hah? serius Kak?"
"Iya dong, kenalin calon istri ke adik kesayangan boleh dong?"
"Wah perlu Flow test dulu gak nih, haha"
"Waduh, lolos gak ya nanti? haha"
"Hihi, canda doang kali Kak, yang penting kebahagiaan Kakak"
"Cakepp deh, hehe"

Tak lama kemudian, Fernand dan Flow bertemu disebuah resto yang ditentukan oleh Fernand. Disana Flow langsung disambut hangat oleh sang Kakak juga Virly pacar Kakaknya. Keduanya saling berkenalan, saling sapa juga lanjut saling mengobrol bersama. Flow merasa Kakaknya tidak salah pilih. Wanita pilihan Kakaknya terlihat sopan, baik, asik dan pastinya begitu anggun. Mereka bertiga makan bersama sambil mengobrol juga. Namun tiba-tiba pandangan Flow tercekat pada salah satu arah. Flow terdiam dan terus mengamati arah itu. Terlihat Evan sedang ada bersama dengan seorang wanita, ada asistancenya juga. Flow mencoba menelepon Evan lagi. Kali ini, Flow menelepon sambil mengamati kearah Evan.

Evan terlihat meraih ponselnya namun kemudian Ia kembali memasukkan ponsel itu kedalam kantong jasnya. Telepon itu dibiarkan Evan tanpa ada merijectnya. Flow menajamkan pandangannya.

"Flow, Kamu kenapa?" tanya Fernand yang peka raut wajah adiknya berubah drastis dari sebelumnya.

"Ah, enggak Kak, nggak apa-apa" ucap Flow mengalihkan pandangannya.

"Menu pesenannya gak sesuai selera? atau gak cocok? mau pesen lagi aja yang lain?" tanya Fernand lagi.
"Enggak kok Kak, Flow suka kok, enak"
"Oh, yaudah"

My Uncle Evans Geraldo Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang