Jason langsung berlari mengejar Flow. Sedangkan Evans meraih plastik berisi buku itu dengan sergap, lalu ikut mengejar Flow. Saat Jason sampai di halaman Gramedia, Flow sudah berhasil naik taxi dan taxi itu pun sudah melaju pergi.
" Bee!!???? brenti Bee??? balik sama Gua!!!??? Beee!!!!".
Evans datang dan Ia pun melihat taxi yang Jason teriaki".
" Siaaaal!!". Gerutu Evans saat faham bahwa Flow yang berada didalam taxi tersebut.
Jason mendengar gerutuan Evans. Jason langsung menoleh kearah Evans dengan tatapan tajamnya.
" Buugghhhhh !!!".
Sebuah pukulan lumayan kencang mendarat pada wajah Evans.
" Brengsek Lo Vans!!!! apa sebenarnya maksud Lo mau nikahin Bee hah!!!! Lo mau memperbudak dia apa gimana!!!!".
" Je!! jaga ucapan Lo itu!!!".
" Jaga gimana!??? harusnya yang dijaga itu sikap Lo!!! gak usah sok nasehatin Gua!!! Lo jaga sikap sendiri saja gak becus!!!". Usai mengucapkan kalimat itu, Jason memilih pergi meninggalkan Evans begitu saja, menuju kehalaman parkir tempat mobilnya berada. Evans sendiri pun juga bergegas menuju pada keberadaan mobilnya. Sebelum melajukan mobilnya, Evans sempat mencoba mengirimkam pesan juga menelepon Flow berulang kali serta mengirimkan pesan chat bahwa dirinya meminta maaf. Namun sekalipun Flow tak ada meresponnya. Jason sendiri juga berulang kali melakukan hal yang sama seperti Evans. Ia mencoba menelepon serta mengirimkan chat berulang kali pada Flow. Namun nasib Jason pun tak berbeda seperti nasib Evans. Flow tak ada sekalipun mau meresponnya.
Sampai diapartement, Flow langsung mengunci dirinya dikamar sebelah kanar miliknya. Flow duduk disofa dan Ia menangis. Flow yang selalu merasakan kehangatan, kasih sayang dari Evans serta selalu dimanjakan, kini seakan Ia bagaikan sedang dihempaskan oleh kenyataan begitu saja karena Evans. Flow mulai berfikir kedepan. Tentang sikap manis Evans selama ini yang pada akhirnya semuanya itu pudar hanya karena satu kesalahan yang baru terjadi itu.
Evans sampai di Apartement. Evans langsung mencari keberadaan Flow karena Ia yakin Flow sudah berada di Apartement karena sepatu yang Flow kenakan saat keluar bersamanya tadi sudah ada dirak te.pat sepatu dekat pintu ruang apartement itu.
Setelah sudah sempat mencari kesana kemari dan Ia tak kunjung menemukan Flow, Evans akhirnya menemukan Flow saat Ia mencoba membuka pintu kamar sebelah namun terkunci. Karena selama ini, pintu kamar kosong itu tidak pernah dikunci jika tidak ada yang pakai.
" Bee??? sayang?? buka pintunya ya?? maafin Ko Evans, Ko Evans gak sengaja tadi bentak Bee??". Ucap Evans dengan rasa penyesalannya yang sangat tulus. Namun tidak ada terdengar suara menyahut dari kamar itu.
" Bee?? sayang?? buka pintunya?? kita bicara sayang?? jangan seperti ini?? Ko Evans beneran gak sengaja?? Ko Evans ngaku salah?? maafin Ko Evans ya sayang?? buka dong pintunya". Setelah ucapan Evans selesai, masih saja tidak ada suara menyahut dari dalam. Tiba-tiba ponsel yang berada disaku Evans bergetar. Evans meraih ponselnya itu. Terlihat ada pesan chat dari nama yang membuatnya sangat merasa bersalah.
" Ko Evans buruan balik aja ke surabaya, gak usah temuin Bee dulu, Bee pengen sendiri dulu". isi dari chat tersebut.
" Sayang??? Ko Evans mohon??! jangan usir Ko Evans?! buka dong sayang?? kita bicara baik-baik ya?? Bee mau kan bersikap dewasa jika ada masalah?? ayolah sayang?? buka pintunya??". ucap Evans tak menyerah tanpa ada membalas pesan chat Flow.
" Segera kemasi barang Ko Evans dan pergi, Bee gak akan keluar dan buka pintu jika Ko Evans masih ada disini".
" Ya Tuhan, Bee?! pleasse sayang?? ayo kita bicara dulu?? bagaimana Ko Evans bisa tenang kembali keluar kota kalau keadaan kita kayak gini??? sayang....??".
KAMU SEDANG MEMBACA
My Uncle Evans Geraldo
Novela JuvenilQueenbee Flowren Agranella William. Ia adalah Wanita bertubuh imut dan berparas cantik yang sangatlah beruntung karena begitu banyak yang sayang padanya. Flow mempunyai wajah blasteran kebule-bulean dan mempunyai lensa mata bewarna coklat kocak. Waj...