66 • Membencinya

233 49 25
                                    

Sampai dirumah sakit, Flow langsung dilarikan ke UGD dan langsung ditangani. Evans menunggu didepan ruangan itu sambil Ia terus gelisah dan panik. Evans merasa bersalah sendiri karena Ia merasa terlambat menolong calon istrinya itu. Jason pun memilih diam dan duduk dibangku yang ada diruangan itu. Evans melirik ke arah Jason.

" Puas Lo Je!!".
" Kenapa Lo?? ngajak Gua berantem??".
" Ngapain Lo disini!!! seneng kan Lo?? Bee celaka!!".
" Apaan sih Lo??!! Dia adik Gua, hak Gua juga kan Gua ada disini!??".
" Apa Je?? adik Lo bilang??? sejak kapan Lo anggap dia adik hah!!!!! bahkan sikap Lo itu gak ada pantes-pantesnya seperti seorang kakak ke adiknya!!!".
" Heh !! bisa diam gak sih Lo!!".
" Denger Je!! kalo sampai Bee dan kandungannya kenapa-napa, Gua pastikan, nantinya Lo yang akan menyesal seumur hidup Lo jika ingatan Lo itu kembali!!".
" Maksud Lo apa !!???".
" Ingat-ingat saja ucapan Gua itu!!!". Usai berbicara, Evans memioih menghindari Jason dan duduk diujung seberang tempat Jason duduk. Evans menghubungi abangnya yang tak lain adalah Papa Flow. Tentu saja Robert terkejut bukan main mendengar penjelasan dari Evans mengenai keadaan yang terjadi pada Flow. Robert langsung mempercepat kepulangannya malam itu juga bersama dengan istrinya.

Pukul 04.00 WIB. Flow sudah berada di ruang inap Vip ditemani oleh Evans, Jason, Papa dan juga Mama nya. Robert sudah sempat memarahi dan hampir menghajar Jason karena kelalaian Jason yang membuat Flow menjadi seperti itu. Jason hanya memilih diam mendengarkan cacian maki Papa nya. 30 menit kemudian, Flow sadar dan membuka matanya perlahan. Evans yang lebih dulu mengetahui itu karena pergerakan jemari Flow yang dirasa oleh Evans, karena Evans sejak awal teru menggenggamnya.

" Bee, sayang??? syukurlaaah kamu udah sadar Bee??". mendengar ucapan Evans itu, Reina dan Robert langsung mendekat. Jason juga mendekat namun disebelah Papa nya. Flow terdian sejenak mengingat apa yang sebelumnya terjadi sambil memejamkan matanya sekilas. Flow sangat terlihat pucat sekali dan sangat lemah.

" Nak??? Flow?? syukurlah kamu sadar lebih cepat dari perkiraan dokter sayang??". Ucap sang Mama sambil membelai rambut Flow.

" Maah... Pah.. ".
" Iya sayang, kenapa Nak?? Flow butuh sesuatu??".
" Kandungan aku gimana Mah?? baik-baik saja kan?? seingat aku, aku sempat pendarahan Mah?? tetapi janinnya tetap baik dan berkembang kan Mah??".

Reina menatap sendu kearah Flow. Lalu Reina menoleh dan memandang kearah suaminya dan juga Evans secara bergantian. Pandangan Beliau kepada mereka seakan memberikan isyarat mereka, bahwa sang Mama tidak mampu untuk mengatakan yang sebenarnya pada Flow.

" Maaah??? katakan??? anak Bee masih ada kan diperutnya Bee?? Mah???". suara Flow terdengar ketakutan karena Ia melihat ekspresi mama nya yang kurang mengenakkan.

" Bee, sayang istirahat lagi dulu ya?? Bee laper?? makan buah mau Bee??". Ucap Evans sengaja mengalihkan pembicaraan.

" Ko ?? jawab!!!??? kandungan Bee gak ada masalah kan???? Ko Evans jawab Ko??!". Ucap Flow sambil memegang erat tangan Evans.

" Bee, mungkin masih belum waktunya Bee dapet titipan dari Tuhan, sayang??".
" Hah?!! Maksudnya???".
" Flow, kamu masih lemah, udah ya?? jangan berfikiran yang enggak-enggak dulu sayang??". Sahut sang Papa.
" Kak Jason!!!! katakan???? anak kita baik-baik saja kan Kak!!????".

Jason memilih membungkam suaranya meski ucapan Flow menggelitik telinganya, soal sebutan anak kita.

" Kenapaa gak ada yang mau jawab!!!!???? tolong!! katakan sama aku!!!! kandungan aku.....??".
" Sayang, Bee, janinnya udah gak berkembang, jadi terpaksa diambil dan dibersihkan?? yang sabar ya sayang??".
" App...ppaa???". Flow terpaku dan air matanya mengalir begitu saja.
" Ko Evans bohong!!!! janin itu masih ada kan Ko??? Ko Evans bercanda kan Ko!!!". Flow bangkit dari rebahannya dan bergerak berontak kearah Evans.

My Uncle Evans Geraldo Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang