BAB 27 • Dugaan Evans Benar

356 51 73
                                    

Pagi harinya, Flow terbangun dan langsung lari kekamar mandinya. Dan Ia mual-mual. Flow sendiri tak tahu kenapa dirinya mulai sering mual.

Sehabis mandi, Flow turun menuju keruang makan. Evans terlihat sudah berdiri menyiapkan piring dan nasi untuk Flow. Evans menoleh kearah Flow yang masih perlahan turun.

Evans : " Pagi sayang??".

Flow tersenyum pada evans, namun tiba-tiba flow kurang kosentrasi karena Ia merasakan pusing. Evans menyadari lambatnya Flow berjalan. Evans langsung menyusul dengan cepat kearah Flow. Evans langsung mendekap Flow.

Evans : " Astaga Bee.. Kamu pucet banget sayang?! Kamu kenapa??".
Flow : " Om.. Bee pusing banget".
Evans : " Duduk diruang tengah dulu ya sayang??".
Flow : " Iya Om".

Evans menuntun Flow berjalan hingga duduk disofa ruang tengah. Flow melihat begitu banyaknya kado yang ada disekitar ruangan itu.

Evans : " Bee sakit??".
Flow : " Gak tau Om, Bee ngerasa badan Bee aneh, suka lemes gitu".

Evans terdiam. Evans berfikir sesuatu namun pemikiran itu mencoba Ia tepis sendiri.

Flow menyandarkan kepalanya pada pundak evans. Evans mendekap Flow dan membelai kepalanya.

Evans : " Bee mau makan kan?? Om bawain kesini ya??".
Flow : " Nanti lah Om, perut Bee enek rasanya Om".
Evans : " Kamu gak laper sayang?? Kan biasanya kamu malah makannya agak banyak??"
Flow : " Tapi akhir-akhir ini udah enggak Om, Oh iya, kalo Om mau makan, makan dulu aja ya  Om??".
Evans : " Bentar sayang".

Evans bangkit dan mengambilkan sesuatu untuk Flow.

Evans : " Nih sayang, kado dari Om evans buat kamu".
Flow : " Emm.. Apa ini Om?? Kenapa masih kasih-kasih sii?! Surprise dari Om yang semalem buat Bee udah kado terindah lho Om??".
Evans : " Om pengen kasih kamu itu, lagipula kamu kan belum ada punya juga".
Flow : " Apaan sii Om isinya??".
Evans : " Buka dong sayang??".
Flow : " Bee buka ya Om??".
Evans : " Iya sayang".

Flow perlahan membuka kado dari evans yang berbentuk persegi panjang dan terbelit kertas kado juga pita yang indah.

Flow : " Wahhhhhh???? Laptop Apple??? Ini?? Serius buat Bee Om??".
Evans : " Iya sayang..,, Bee suka??".
Flow : " Sukaaa bangettt Om.. Aaaaa.. Makasih Om evaans".

Flow duduk dipangkuan Evans lalu mencium pipi evans. Evans tersenyum dan gemas.

Flow : " Tapi.. Ini kan mahal Om?? Om evans ga boleh boros Om, hmm".
Evans : " Buat Bee, apa sii yang enggak, hmm??".
Flow : " hih Om evans gombal hehe".
Evans : " Beneran sayang".

Tiba-tiba, Flow kembali merasa mual lagi. Flow langsung turun dari pangkuan Evans meletakkan laptopnya dimeja, lalu Ia berlari kedapur. Flow muntah-muntah di westafel. Evans menyusul Flow. Evans membantu flow dengan memijit leher Flow bagian belakang.

Evans : " Bee??".
Flow : " Hmm??".
Evans : " Kita kedokter ya??".
Flow : " Gak mau Om.. Bee gak suka obat".
Evans : " Tapi Bee??".

Flow menggelengkan cepat kepalanya, flow tetap menolak.

Sejak hari itu hingga seminggu, Flow terus mual dan bahkan terkadang Ia sempat pingsan tiba-tiba. Dugaan Evans terhadap kondisi Flow semakin kuat. Namun Evans ingin lebih memastikan. Karena kondisi flow itu, flow jadi jarang berangkat kesekolah dengan ijin Ia sedang sakit.

Kini Flow sedang ada dikamarnya duduk bersandar. Evans datang kekamar Flow. Evans mendekati Flow.

Evans : " Bee??".
Flow : " Iya Om??".
Evans : " Bee masih mual-mual??".
Flow : " Masih Om, kenapa Om??".

My Uncle Evans Geraldo Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang