92 • Waktu Terus Berjalan

78 11 2
                                    

Enam Bulan telah berlalu. Flow dan Evan semakin mesra bahkan mereka terlihat begitu menikmati setiap detik kebersamaan mereka. Flow selalu tidak lupa ijin terlebih dahulu jika akan pergi kemanapun, begitu juga dengan Evan. Meski Evan disibukkan oleh Perusahaannya, tetapi Evan tak pernah lengah dan selalu perhatika Flow setiap saat. Flow sendiri semakin menikmati hidupnya karena kini hidupnya semakin terasa istimewa dan Ia begitu bahagia. Evan sendiri juga selalu bersyukur dengan keadaan kehidupannya yang sekarang. Memiliki istri manja sesuai pilihan hatinya, direstui kedua belah pihak keluarga, dan hidup bahagia sesuai rencana juga keinginannya. Evan bahkan selalu memanjakan Flow dan memperlakukan Flow bak putri raja yang sangat disayanginya.

Namun disela-sela kebahagiaan itu, kini Flow mulai merada gelisah. Bagaimana tidak, selama enam bulan ini, Evan terus menaruh benih dirahimnya, namun ternyata Flow tak kunjung hamil juga. Flow sempat merenung dan pikirannya mulai negatif kemana-mana. Flow takut mandul, dan harus rela membiarkan Evan menikah lagi dengan yang lainnya dan memiliki keturunan. Flow sempat seringkali banyak diam dan itu membuat Evan terketuk hatinya. Flow akhirnya menceritakan unek-unek dihatinya itu. Evan merasa sendu dengan pernyataan blak-blakan dari Flow itu. Evan merasa sendu. Evan terus mencoba menghibur Flow dan memberikan Flow solusi karena memang Flow sendiri yang memaksakan dirinya ingin segera hamil lagi.

"Kita kedokter mau Sayang? Kita sama-sama cek, dan sekalian program buat kehamilannya Kamu?"
"Tapi Ko? kalau Bee ternyata mandul gimana? Bee belum siap dimadu sama Ko Evan, Bee gak mau!? Bee...!"

Evan langsung memeluk Flow dan mengusap punggungnya. Flow melepas pelukan itu dan menatap mata Evan.

"Sayang, jangan berfikir seperti itu ya? itu gak boleh?" tegur Evan.
"Tapi Ko? kalau ternyata beneran Bee yang kena masalah dan gak bisa hamil? apa Ko Evan akan tetap bertahan sama Bee? apa Ko Evan mau selamanya gak punya keturunan? enggakkan?"

"Bee.. jangan seperti itu pemikirannya, banyak kok solusinya yang bisa dilakukan? semacam bayi tabung gitu?"
"Enggak! Bee gak mau! Bee maunya hamil normal seperti dulu! Bee gak mau Ko gak mau kayak gitu! Bee pokoknya maunya normal!"
"Bee.. yang tenang ya Sayang, Bee sendiri harusnya yakin, Bee bisa kok hamil normal lagi, namun mungkin saja memang saat ini Tuhan belum ingin menitipkan itu pada Kita, tiba saatnya nanti, pasti Bee segera hamil?"

Flow memeluk Evan. Evan membalasnya dan membelai punggung Flow lagi.

"Ingat Sayang, kalau Bee pengen bisa cepat hamil, Bee juga harus jaga pola makannya Bee, Bee harus banyak istirahat dan gak boleh lelah ya Bee?"

Flow hanya mengangguk saja masih sambil memeluk Evan. Evan merasakan anggukkan Flow itu.

***
Setelah sekian lama kuliah Flow terbengkalai, Flow meminta ijin pada suaminya untuk melanjutkan kembali. Namun suaminya melarangnya dan meminta Flow tak lagi memikirkan tentang kuliahnya itu. Meski sempat berdebat namun pada akhirnya Flow tidak mengelak lagi dan menurut saja.

"Yaudah kalau Ko Evan ga ada ijinin Bee lanjutin dan selesain Kuliahnya Bee, tapi.."
"Tapi apa Sayang?"
"Ko Evan harus ijinin Bee dan em.."
"Ijinin apalagi sih hmm? dan apa?"
"Bee gak mau cuma ngegantung sama Ko Evan aja terus? Bee pengen ada merintis usaha baru buat Bee pegangan sendiri pemasukan uangnya?"
"Kenapa begitu? apa uang bulanan jajan Kamu yang Ko Evan kasih kurang Bee? atau Kamu gak percaya? Ko Evan gak akan pernah ada khianatin Kamu?"
"Ih.. gak gitu Ko?! Bee cuma ingin punya usaha aja juga kayak Mama, Papa juga Kak Fernand'
"Tapi Sayang? itu malah bakalan membuat Kamu makin minim waktu istirahatnya?"
"Ayolah Ko? boleh ya? ya? ya? Bee mohon?" mohon Flow dengan wajah melasnya dan cemberut manja.

"Aduh begini nih yang bikin hati Ko Evan ngerasa gak bisa kasih penolakan buat sang istri tercinta, kalau udah keluarin jurus andalannya buat luluhin hati suaminya, haha"
"Hihi.. berarti bolehkan?" semangat Flow.
"Bee pengen ada buka usaha apa sih hmm?"
"Tapi... em itu ya Ko.."
"Itu apa Sayang? hmm?"
"Hehe modalin Bee ya Ko buat ngerintis usahanya? atau kalau nggak, gak apa deh jatah bulanannya Bee dipotong?"
"Bee.. Bee.. Kamu ini bicara apa sih hmm? ya jelas Ko Evan kabulkan permintaan Kamu tanpa ada potong memotong dana bulanan Kamu Sayang"
"Hehe.. atau nanti Bee coba bicara sama Bunda deh Ko, biar Bunda sama Ayah.."
"Sstt.. gak boleh. Bee ingat ya Sayang? Bee gak boleh meminta-minta sama Ayah dan Bunda nya Bee, soalnya Bee itu sudah menikah dan tanggung jawabnya Bee sudah jatuh sepenuhnya pada Ko Evan? jadi, tempat memintanya Bee itu ada pada Ko Evan, Bee boleh saja menerima apapun jika kedua orang tuanya Bee ada berikan, tetapi untuk meminta lebih baik jangan ya Sayang?"

My Uncle Evans Geraldo Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang