Destiny : 23

8.2K 695 72
                                        

   بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

    Saat ini semua orang di rumah Najwa sedang sarapan bersama. Meja makan itu terasa lengkap dengan kehadiran Alvarez disana.

"Maa.. kita jadikan jalan-jalan sama papa?" Tanya Lana disela-sela makannya.

"Sayang, habiskan dulu makannya. Nanti keselek gimana?" Ucap Najwa lembut.

"Mama jawab dongg... Jadi kannn??" Tanya Lana tak menyerah.

Najwa mengembuskan nafas panjang.

"Najwa, ayoo dong kan hari ini weekend sayang. Quality time sama anak dan suami kamu" ucap mama Sarah.

"Iya tu mba, mama bener" timpal Farah.

"Iyaudah kita jadi" jawab Najwa.

"Asikkk..." Sorak Lana senang.

Alvarez tersenyum melihat tingkah putri kecilnya itu. Ia benar-benar tidak bisa jika sampai berpisah dengan Najwa. Setelah itu mereka melanjutkan sarapannya dulu.
Setelah selesai sarapan semua keluarga mengobrol dulu, untuk menunggu Mall buka.

"Al, kamu masih ada orang tua?" Tanya mama Sarah.

"Masih maa, saya masih punya mama. Sedangkan papa saya sudah meninggal" jawab Alvarez.

Mama Sarah mengangguk dan tersenyum..

"Kapan-kapan diajak kesini dong" ucap mama Sarah

"Iya maa, nanti kemungkinan mama saya sudah sampai sini. Karena pagi ini mama terbang ke Jogja" ucap Al.

"Woww.. okey, mama tunggu kedatangannya" ucap mama Sarah.

Disana Najwa dan Farah tak ikut mengobrol mereka hanya menjadi pendengar. Mama Sarah yang banyak mengobrol dengan Alvarez. Mereka membicarakan beberapa hal.
Karena jam sudah menunjukkan pukul 10:10 Al, Najwa, dan Lana langsung bersiap-siap untuk pergi bertiga. Karena mama Sarah akan arisan dengan teman-temannya sedangkan Farah juga akan pergi bersama Raffa.

"Najwa, udah siap?" Tanya Al diluar kamar Najwa.

"Bentar mas" balas Najwa

Najwa sedang kesusahan memasang kalung dilehernya. Karena merasa Najwa terlalu lama Alvarez pun langsung masuk. Mendapati Najwa berdiri didepan kaca rias.

"Sini saya bantu" ucap Al berdiri dibelakang Najwa. Najwa langsung mengangguk dan menyerahkan kalungnya untuk dipasangkan Alvarez.

Detik kemudian kalung emas itu sudah terpasang cantik di leher Najwa. Al tersenyum melihat Najwa dari pantulan kaca. Ia langsung memeluk Najwa dari belakang, menggenggam kedua tangan Najwa. Najwa memejamkan matanya merasakan pelukan yang sudah lama ia rindukan.

"Saya minta maaf yaa" lirih Al.

Air mata Najwa menetes seketika, ia benar-benar tidak tega melihat Alvarez Seperti itu. Tapi dirinya masih ragu dengan semua ini. Najwa lalu berbalik menghadap Al, menangkup pipi Alvarez dengan kedua tangannya.

DESTINY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang