01 : She said, "Happy birthday."

7.3K 1.1K 182
                                    

Derapan langkah mengetuk kayu tua yang telah lama berdiri. Sepatu rajut dari rotan itu menempatkan diri di atas jembatan pelabuhan. Bagian bawah pakaiannya menarik si empu dari sana. Jangankan angin kecil, jika badai menyuruhnya pergi dia akan tetap berdiri dan takkan menuruti.

Rambut merah kecoklatannya menari di atas udara, mata yang tegas tapi juga menanam sendu di dalamnya. Bibir ranum alaminya bak jambu segar itu terbuka, "Selamat ulang tahun, Ethan Lee, Kakakku."

Terhitung sudah sepuluh tahun sejak kepergian Ethan, dan sejak itu juga Arienne tidak mendapat kabar apapun darinya. Surat ataupun wasiat pun tidak la dapat. Tidak mungkin Kakaknya memulai kehidupan baru diluar sana dan melupakan Adiknya ini, kan?

Zaasshh!

Ombak berusaha menghajarnya, kembali ke dunia nyata Menegur untuk berhenti menunggu, untuk berhenti melihat ke belakang dan memikırkan masa depan tanpa rosok yang dirindukan.

"Arienne, Ayahmu mencarimu!"

Dengan cepat gadis itu menoleh, didapatinya Bella. Penjual Apel yang sudah lama akrab, orang tuanya tiada karena wabah penyakit di pulau sebelah. Anak itu hanya memlliki Warung Apel peninggalan keduanya.

Mendengar kata 'Ayah' Arienne berjalan cepat. Pria tua itu pasti akan melakukan sesuatu jika terlambat.

Dan benar beberapa detik sebelum membuka pintu kayu rumahnya. Satu botol miras kosong menghantam dinding di sebelahnya, pecah dibeberapa kepingan.

"Dari mana saja kau, hah?"

"Merayakan ulang tahun Kakak."

Prank!

Gelas kaca yang harganya tak seberapa itu melayang ke arahnya, sempat mengenai kening mulusnya sebelum jatuh dan pecah, meninggalkan warna merah.

Arienne mengulum bibirnya diam-diam, berusaha untuk tidak gemetaran. Dia masih belum terbiasa dengan sikap kasar Ayahnya.

"Ethan itu meninggalkan kita Arienne, buka matamu lebar-lebar!!" teriak Ayahnya. Meski terdengar seperti amarah, Arienne bisa mendengar jeritan mengecewakan di sana.

"Ibumu menurunkan sifat tercelanya kepada Kakakmu. Ketika manusia berada di titik puncak, mereka akan melupakan orang-orang yang pernah merangkulnya dari bawah! Anakku... Kita ini telah dibuang, dan Kakakmu tidak akan pernah kembali seperti halnya Ibumu meninggalkan aku!"

Setiap kalimat yang diucapkan begitu parau, Welson semakin kacau. Sejak Ethan meninggalkan mereka berdua, luka dalam relung hatinya semakin dalam. Yang dapat ia lakukan adalah mabuk dan melampiaskan emosinya kepada si Bungsu.

Arienne hanya menyaksikan apa yang Welson perbuat, meski matanya berkaca, ia tidak bisa menangis. Rasa kagum serta cintanya kepada Ethan yang menahannya untuk tidak memilih ikut merasa benci.

Arienne yakin, suatu hari nanti akan ada Kapal yang singgah. Lalu Kakaknya turun dengan senyum di wajahnya, dan Arienne adalah orang pertama yang akan memeluk Ethan. Menyalurkan banyaknya rindu yang ia punya.

Suatu hari? Entah kapan hari itu akan tiba.

Tiba-tiba Welson bangkit dengan darah yang mengalir dari tangannya, mungkin terluka karena pecahan tadi.

Ayahnya mengusap bibir milik anaknya, membuat amis cairan merah itu masuk ke penciumannya.

"Wajahmu bisa digunakan. Anakku, Ayah memutuskan untuk menikahkanmu dengan juragan kaya di pusat kota. Berdandanlah yang cantik malam ini, goda Sir George. Lalu kita akan hidup kaya raya, kau mau, kan, melakukannya untuk Ayahmu ini? Demi kita berdua."

Mata Welsom menyimpan keputusasaan yang pekat, lingkaran hitam di bawah mata membuat Ayahnya terlihat melelahkan. Hidup tanpa pekerjaan tetap, dan serba kekurangan mereka, membuat Pria tua itu rela menjual anaknya demi bisa hidup mewah tanpa usaha.

"Aku... Aku tidak bisa, Ayah," lirih gadis itu. Membuat percikan api di hati Ayahnya kembali menyala.

PLAK!

Tangan Pria paruh baya itu melayangkan telapak tangan dengan kencang. Membuat bunyi yang cukup keras, sampai-sampai gadis itu oleng ke belakang. Matanya terbuka lebar dengan air mata yang merebes keluar dari bendungan yang Arienne tahan sejak tadi.

Perih juga nyeri. Namun tidak seberapa dengan hatinya saat ini, rasanya seperti dicambuk dan diremas dengan kuatnya. Sakit.

Ayahnya keluar tanpa adanya rasa bersalah, "Bersiaplah atau aku akan memukulmu lebih dari Ini."

Beberapa waktu setelah hanyut dalam dunia kelamnya sendiri, gadis itu bangkit menghapus jejak air matanya yang sudah lama kering.

Langkah kecil itu membawanya menuju salah satu kamar, menundukkan dirinya ke bawah kasur yang tidak pernah lagi ditempati.

Meraba-raba pahatan kayu, menyepit celah di antaranya.

Kriett

Arienne masuk ke dalam lubang persegi, pintu ruangan bawah tanah milik Ethan. Lalu menutup kayu tadi, seolah tidak tersentuh.

Setelah turun, Arienne kembali meraba. Tangannya menemukan sebuah lampu minyak tua, segera merogoh sesuatu di kantong bajunya. Menyalakan api dengan korek kayu.

Kakinya kembali melangkah. Dengan pencerahan minim, ruangan menjadi remang. Sampailah di meja kerja rahasia Kakaknya yang sekarang digunakan untuk menumpuk buku sejarah dan jurnal penelitian. Dinding tanah pun digunakan untuk memajangkan peta dunia yang membentang lebar. Serta coretan merah yang ada di beberapa pulau.

Bahkan di dalam bayangan, matanya masih berkilat tajam. Tekadnya lebih panas dari bara api.

"Jika Kakak tidak mau menemuiku, aku yang akan mencarimu."

....


SCYLLA'S WAY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang