68 : (Im)perfect family

2.1K 695 193
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

...

Dengkuran halus mengisi kekosongan. Ruangan kayu dengan dekorasi sederhana itu nampak tenang dan tertata rapi.

Pada ranjang kayu dengan kasur empuk di atasnya, terbaring dua manusia yang memiliki ikatan sedarah. Satu laki-laki yang berperan sebagai kakak itu menghadap ke samping, menatapi wajah damai sang adik yang terpejam pulas. Telunjuknya berjalan-jalan pada wajah lucu adiknya, menyentuh mata, hidung dan pipi merahnya.

"Pst. Hei, Aria, bangun!" bisiknya tipis-tipis. Tentu adik kecilnya takkan bisa bangun hanya dengan bisikan pelan.

Bibirnya terangkat. Ia tersenyum jahil. Segera ia mengangkat tubuh kecil itu dalam dekapannya, laki-laki itu berlari keluar. Cahaya menyinari kulit adiknya, membuat matanya terbuka karena silau. Samar-samar ia melihat masyarakat Mercene yang sedang beraktivitas seperti biasa, mereka menahan tawa. Anak itu heran kenapa dia bisa bermimpi dibawa seseorang pergi, terasa begitu nyata.

Drap!

"Wiii!"

Beberapa kapal besar yang biasa terparkir di depan pelabuhan itu ramai. Ada yang membersihkan kapal, mengobrol ringan, bermain kartu sambil minum rum, mengukur peta, dan lainnya. Dua orang dari atas perahu yang telah memperhatikan temannya sejak tadi hanya menahan napas saat laki-laki itu melompat dari jembatan, jatuh ke perairan.

Byur!

Mata hazel yang tadinya akan kembali tertutup langsung terbuka dengan lebar. Air dingin menabrak kulitnya seketika. Perempuan itu menjerit kaget, ternyata ini bukan mimpi.

"AAAH!" Perempuan kecil itu langsung mengencangkan tangannya yang mengalung pada leher pelaku, kakaknya sendiri.

Kakaknya tertawa renyah. "Bangun juga akhirnya!"

Saat tahu yang membuat tubuhnya basah kuyup adalah kakaknya sendiri, perempuan itu melengkungkan bibirnya ke bawah. Tangannya terangkat untuk menjambak rambut hitam milik kakaknya.

Cairan bening itu jatuh dari matanya. "Sudah tahu aku takut air! Nanti ada paus yang memakanku! Aku benci kakak! Turunkan aku!" Ia merengek, mengayunkan kakinya ke sana-sini.

"Aw! Aw! Iya, iya! Kakak minta maaf!"

Tangisannya semakin kencang saat kakinya tertusuk bulu babi. Kakaknya semakin panik. Tak lama satu perahu mendekat, satu orang di atasnya menaruh jaring ikan di dalam ember.

Pria dengan watak keras itu menatap penuh penjelasan. Ia merebut tubuh kecil itu dari gendongan sang kakak.

"Ayah, sakit! Aku tidak mau dekat-dekat kakak!"

SCYLLA'S WAY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang