...
Suara tetesan langit-langit goa mulai terdengar samar-samar. Surai hitam yang menyatu pada genangan air itu tidak lagi tenang. Netranya terangkat, berkedip beberapa kali sebelum benar-benar terbuka.
Bajak laut itu tidak sadarkan diri selama tiga hari.
Seperti rongsokan. Runtuhan dari bangkai kapal yang berada di sekelilingnya mengisi goa. Tidak, ini bukan goa. Ini adalah perut Charybdis.
Ethan bangun. Hendak berdiri namun tubuhnya roboh begitu saja. Bunyi tabrakan antara tubuhnya dan genangan air di bawahnya bergema.
Laki-laki itu terbatuk-batuk. Isi perutnya seakan dirampas habis, tak ada tenaga atau sisa kekuatannya menopang tubuh.
Kakinya lemas untuk kembali berdiri. Ia menarik dirinya sendiri untuk merebahkan punggungnya pada runtuhan kapal.
Jika dilihat baik-baik, genangan pada perut Charybdis cukup keruh. Bahkan airnya berwarna merah, seolah telah dinodai oleh darah.
Pandangannya turun ke bawah, di mana bajunya terpasang berantakan. Ia membuka tali pinggang yang melilit perutnya cukup kencang.
Ada yang aneh darinya.
Meski pakaiannya sobek, dengan banyak lubang yang menembus kain itu. Tetapi tidak ada kerusakan pada kulitnya, hanya ada luka baret kecil.
"Hah ... Aku masih hidup? Apa Poseidon menyelesaikannya?" Pertanyaan itu pertama kali muncul di kepalanya.
Ia menyeringai. Setidaknya penyihir itu sudah bertemu akhir dari hidupnya.
Tak lama ia mendengar gemuruh dari luar. Lalu ia melihat pasokan air yang akan menghantamnya dari mulut Charydbis.
Karena tak sempat mencari pertahanan. Ethan menabrak ombak besar itu, bersamaan dengan remahan perahu di dalamnya.
Hanya beberapa saat sampai genangan kembali seperti semula. Ethan berbatuk-batuk, ia memegangi perutnya.
Laki-laki itu menyadari sesuatu yang bergerak di dekat kakinya. Dengan cepat Ethan menarik pedangnya dan menancapkannya ke bawah.
Sres!
Kemudian ia mengangkat pedangnya setinggi dada. Matanya terkejut, rupanya itu ikan. Matanya menyebar ke segala sudut perut monster itu, ada banyak ikan yang tersedot ke dalam.
"Eh, sebaiknya kau kunyah dulu sebelum menelan segalanya," cibir Ethan. Matanya menatap ikan itu lamat-lamat, ia memutuskan untuk memakannya.
Ethan menyelinap ke satu bangkai kapal besar. Mencari bahan pematik api. Ia tahu akan sulit mencarinya dalam keadaan seperti ini, apalagi lembab.
Namun, ada satu kotak rapat yang jika dibuka berisi lentera-lentera yang masih belum dipakai. Ia tersenyum.
Berhasil membuat api unggun kecil adalah sebuah pencapaian baginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SCYLLA'S WAY
Fantasy[Telah diterbitkan] Sepuluh tahun yang lalu, tepat saat Ethan pergi berlayar. Meninggalkan harta karun berharganya, Sang Adik. Ia membuat janji, bersumpah ia akan kembali. Sayang sekali, janji tersebut hanya omong kosong semata. Ethan tak pernah kem...