34 : Regardless to fight

2.4K 705 124
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

...

Scrats!

Bersamaan panah yang melesat, Zaan menekan kuda-kudanya dan melompat ke atas anak panah tersebut. Barulah ia melompat dengan menekuk ke belakang seperti melakukan salto, ia menampaki tanah dengan sempurna.

Anak panah yang jatuh itu ia ambil, ia lempar setinggi dada lalu berputar untuk menendangnya kuat. Kegesitannya adalah gerakan yang indah, panah itu langsung melesat─menancap ke tali yang menggantung tangan kaptennya, sekali gesekan maka tali itu akan lepas.

Seperti kerjasama yang mengikuti intuisi, mereka seolah terhubung satu sama lain. Ken menarik pisau yang ia pinjam dari Arienne di balik kaos kakinya dan langsung melepaskan orang di sampingnya.

Garvin tersenyum, melihat kepanikan dari prajurit. Ia menendang perut prajurit itu, membuat sang korban merintih serta menjatuhkan tombaknya. Namun, sebelum jatuh ke permukaan, Garvin menendang tombak itu ke atas seolah yang ia tengah lakukan adalah bermain bola. Saat tombak itu berada di depan wajahnya, dengan segera ia menggigit tombak tersebut dan merobek tali yang menggantungnya.

Sebenarnya North hanya ingin menunggu aba-aba, karena ia tidak ingin mengacau dan menyakiti sebagian rakyat yang tidak bersalah. Juga ia merasa ragu oleh satu hal, laksamana itu. Bagaimana jika wanita berkepala tiga itu menaruh dendam?

Baik Hugo dan Eiros memasang kuda-kuda ketika berhasil bebas dari ikatan. Prajurit Romani mengelilingi mereka, para militer memasang pelatuk mereka di lantai atas. Meski berhasil membalikkan keadaan, tetap saja mereka masih kalah jumlah.

"Jangan bergerak!" ucap prajurit itu pada para bajak laut.

Suasana berubah menjadi penuh ketegangan, sorak gembira tadi digantikan teror kegelisahan. Segera pihak yang bertugas mengamankan warga dan mengepung kelompok perompak itu.

Dari satu bidikan saja sudah berhasil menggulingkan rencana, Zaan tersenyum. Ia merasa bangga gadis itu bisa melakukannya dengan sempurna. "Gadis itu boleh juga."

Emosi yang sebelumnya pudar kini meluap drastis, air wajah sejuknya berubah menjadi tak menyenangkan. Upacara penobatannya berlangsung dengan berantakan tanpa pembukaan.

"Kalian para bajak laut, memang sukar kedamaian. Bukan hanya di samudera, kalian selalu saja mengacau di negeri orang." Delbert menyerit tak suka, ia melompat turun dari podium, melangkahkan kakinya dengan tegas.

Sring!

Delbert mengeluarkan pedang dari sarungnya. Menggores leher jenjang milik kapten Actassi, sang empu hanya menatap wajah sang pangeran dengan tajam. "Segitu kau menginginkannya harta karun itu?"

Ken tersenyum miring, menunjukkan lesung pipinya yang sama sekali tidak terlihat manis di mata Delbert. "Semua orang tahu seberapa berharganya barang yang tersimpan di dalam peti itu."

SCYLLA'S WAY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang