02 : Toast

4.6K 1K 74
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

...

"Hah, kosong?!"

Welson menggelengkan kepalanya. Baru saja ia akan kembali untuk menjemput Arienne, namun gadis yang dicari hilang entah ke mana.

Kemudian Ayah dari dua anak itu mendobrak kamar si bungsu, tidak ada orang di sana kecuali ranjang dan lemari tua. Mata Welson merah bersama kepalanya yang mengeluarkan urat-urat.

Ia mengepalkan tangannya, "Aku bersumpah jika aku menemukanmu, kau akan habis di tanganku. Dasar Anak durhaka!"

Di pesisir pulau tepatnya di Hutan Creames, Arienne mengemasi barang-barangnya. Juga merapikan pakaian lama Ethan yang tengah ia kenakan. Bahan kainnya nyaman dipakai, walau sedikit longgar di bagian pundak itu tidak masalah.

Gadis itu menggunakan perekat dada, agar penyamarannya sempurna. Dia tahu Welson tidak akan duduk diam mendapati anaknya yang kabur dari rumah.

Sepatu kulitnya mendekati genangan air, memandangi perawakannya yang jauh berbeda. Tinggal sentuhan terakhir. Tangan lentiknya mengambil serabut kelapa yang sudah ia cuci sebelumnya. Lalu menempelkan serabut tipis itu di atas bibirnya.

Kumis jadi-jadian.

Menurut rencananya, ia akan ke pasar untuk membeli bahan pangan sebagai laki-laki. Selain menghindari Ayahnya, gadis itu berniat meninggalkan pulau. Dan menyusul Kakaknya yang entah ada di mana.

Rambutnya menjadi ringan ketika dipakaikan wig hitam. Biasanya ketika dia berjalan atau berlari rambut panjangnya itu akan lompat ke sana sini.

Tak lupa pula ia masukan kalungnya ke dalam baju, atau lebih tepatnya cincin? Arienne tidak sabar mencobanya, jari manisnya akan cocok untuk itu. Akan ia pakai setelah benar-benar pergi dari sini.

Mata hazelnya mengilap.

Didengarnya bising interaksi antara penjual dan pembeli melakukan penawaran dan pembelian. Serta nyanyian sorakan dari pedagang music. Arienne menahan senyumnya, ia bergegas ambil bagian di keramaian tersebut.

Dia akan berbelanja keperluannya, tanpa ada yang mengetahui identitasnya.

Kesenangannya membuat gadis yang tengah menyamar itu lengah, tidak sadar jika ia diawasi diam-diam.

Setelah berkeliling tanpa dicurigai. Hidungnya mencium kayu manis yang dibakar, begitu harum. Seperti anjing, Arienne mengikuti ke mana asal baunya.

Senyumnya kembali merekah,

"Cinnamon Toast!"

Cinnamon Toast adalah roti yang dibakar dengan kayu manis, bisa diminum dengan susu. Cocok untuk dimakan kapan saja.

Arienne memesan satu untuk mengganjal laparnya selama beberapa waktu ke depan. Giginya bertemu dengan lembutnya tekstur Toast, lelehan madu di dalamnya membuat makanan itu terasa sempurna nikmatnya.

Pedagang itu menyerit, "Apakah Anda pendatang baru di sini, Tuan?"

Dengan cepat anak itu menoleh mencoba untuk terlihat biasa saja, sedikit berdehem untuk menurunkan suaranya yang dibuat berat.

"Khem, iya."

"Wah, kalau begitu selamat datang di Pulau kami!"

"Terimakasih atas keramahan Anda."

"Ngomomg-ngomong, apakah cara makan Anda memang seperti itu? Bukan apa-apa, Tuan. Cara makan Tuan mirip anaknya Pak Welson, beberapa minggu ini aku jarang melihatnya ke mari. Saat mendengar gadis itu kabur dari rumah membuatku prihatin."

Baru saja kalimat terakhir keluar, Arienne tersedak. Buru-buru ia meminum susu, tapi tepukan Pedagang itu di punggungnya membuat air yang diminumnya jadi muncrat. "Pelan-pelan, Pak!"

Pedagang itu merasa bersalah, "Reflek, Tuan!"

Arienne bangkit dari duduknya, "Aku harus menemui Istriku, Pak. Sampai jumpa!"

Tangannya langsung menarik barang-barang yang ia jadikan satu di dalam sebuah karung. Tapi seperti menarik angin, ia tidak mendapati apa-apa. Kepalanya berputar ke kanan kiri, matanya setajam peniti. Dia mencari tikus yang berani mencuri barangnya.

Seseorang dibalik gerobak ubi membawa sebuah karung di pundaknya, itu persis seperti karung milik Arienne.

Pria itu menoleh menatap sekilas laki-laki itu, ralat, maksudnya gadis itu. Menjulurkan lidahnya sambil menyeringai. Dengan cepat dia mengambil langkah menuju si pencuri, perasaannya mengatakan jika dia akan dihadapkan oleh orang yang menyebalkan.

"Baiklah, tapi Anda harus berhati-hati dengan Bandit. Terutama J-"

Sebelum Pedagang menoleh ia telah menghilang, lalu pria paruh baya itu mengingat sesuatu yang penting untuk di sampaikan.

"Tuan! Anda belum membayar Toastnya! Astaga, semakin banyak saja berandal di sini! Apa Dewa menyuruhku untuk bangkrut?!"

...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SCYLLA'S WAY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang