08 : Snow of death

3K 862 24
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

...

Ternyata saljunya lebih tebal dari yang terlihat, sekitar 13 centimeter. Bagi Arienne yang hampir setara dengan Jake, itu tidak terlalu bermasalah. Tapi tetap ada kesulitan setiap melangkah, langkahnya menjadi sedikit lebih lambat.

Satu hal yang ditakutkan gadis itu adalah kalau saja ada lubang besar yang tertutup salju, bisa saja mereka berdua jatuh. Semoga saja tempat ini tidak seberbahaya yang dibayangkan.

Lagi pula tidak ada tanda-tanda kehidupan, mustahil ada binatang buas yang menerkam. Biasanya akan ada pinguin, beruang kutub, dan anjing laut. Tapi pulau ini seperti pulau mati. Kesunyiannya selaras dengan suhu yang begitu rendah.

"Pulaunya nampak tak berpenghuni."

"Aku juga berpikir demikian, semisal ada pun pasti kesulitan hidup dengan suhu seperti ini."

Namun mereka tetap melangkah, seperti yang dikatakan bahwa jaraknya tidak terlalu jauh dari lokasi awal, mereka akan sampai sedikit lagi. Setidaknya sampai mereka harus memanjat perbukitan.

Sekilas bukit itu terlihat mudah dipanjati, nyatanya permukaan tumpuan bukitnya sangatlah dingin dan licin. Jika tidak cepat meraih tumpuan lain, jari-jari mereka akan sulit dilepaskan dari sana karena akan menempel dengan permukaan bebatuan yang dingin, sama seperti es.

Kedua tangan mereka memerah, napas mereka semakin tercekat. Seolah udara yang mereka raup mengalir keseluruh tubuh, khawatir bahwa darah mereka benar-benar akan membeku.

Jake tak henti-hentinya mengeluhkan suhu Congealed saat ini ; dingin, dingin, dan dingin. Dia harap rumor buruk tentang pulau tersebut tidaklah nyata.

Akhirnya tumpuan terakhir. Sekuat tenaga Arienne mengangkat tubuhnya ke atas, kakinya meraih puncak dan segera sampai. Ia membalikkan tubuhnya, terlentang dengan uap yang keluar diiringi helaan letihnya.

"Jake, kau baik-baik saja?" Arienne bangkit dalam posisi duduk, dilihatnya Jake yang juga sama lelahnya─menghela napasnya berkali-kali.

Laki-laki itu menoleh, menunjukkan sesuatu yang ada di dalam kepalan tangannya. "Nona! Lihatlah, bahkan keringatku menjadi butiran es!" serunya. Arienne yang melihatnya juga mencari-cari apakah keringatnya pun sama seperti Jake. Dan benar, cairan asam itu berubah menjadi butiran es.

Merasakan hawa yang tidak enak, Arienne segera meminta Jake untuk mendorong batu besar yang jaraknya tidak terlalu jauh dari posisi mereka saat ini.

Ukurannya dua kali lipat lebih besar dari kapal mereka, perspektif yang berbeda saat dilihat dari jauh.

"Jake, hitungan ketiga!"

SCYLLA'S WAY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang