63 : Forced to be ready

2.5K 740 238
                                        

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

...

Dadanya turun-naik, untuk pertama kali ia berkeringat begitu derasnya. Padahal sudah lewat setengah hari tetapi rasa letihnya tak kunjung hilang.

Mata peraknya terbuka dengan sayu, memeluk buntalan halus di sampingnya. North mengalami fase di mana dia terlalu banyak mengeluarkan es. Saat masih tinggal di Congealed, dia merasa sangat kuat karena berada di kawasannya. Es bisa didapatkan dari mana saja, suhunya sesuai dengan bentuk jiwanya.

Sehingga ketika beradaptasi dengan cuaca selain dingin dan berjemur di bawah surya membuatnya cepat kelelahan. Itulah mengapa dia sering mengisi tenaganya dengan tidur.

Jemarinya kaku, North mencoba mengepal perlahan. Sesuatu yang padat menahannya, laki-laki itu tidak bisa mengepalkan tangan.

Langit jingga yang menghiasi bumi turun diam-diam. Malam bangun tanpa rembulan, hanya ada beberapa lentera yang menerangi di kala gelap menutupi. Laut yang memantulkan malam mendung itu terasa hampa tanpa satupun bintang.

Arienne keluar setelah berganti pakaian, membersihkan diri dari sisa kekacauan. Sama seperti malam yang kehilangan bintang, matanya terbuka tanpa ada terang. Tidak ada gemerlap binar yang biasa ia pancarkan, gelora semangatnya tidak sebanyak gemuruh kecemasannya.

Ia melihat North yang tengah memijit keningnya di pojok kapal, Ayss duduk di sebelahnya. Gadis itu tertarik untuk mengetahui apa yang sedang laki-laki itu lakukan. Krunya yang lain sibuk melakukan urusannya, jadi fokus kelompok itu terbagi-bagi.

"North, apa kau sakit?" Bukan North yang bereaksi, malah siluman putih itu melompat-lompat. Arienne menangkapnya, mengelus Ayss.

"Biasanya tidak seperti ini ...." gumam pangeran es itu. Arienne berjongkok, tangannya menyentuh kening North setelah tangan laki-laki itu turun.

Karena kaget, Arienne menarik tangannya kembali. "Kok kau jadi semakin dingin, North?!" Gadis itu berdiri, "Aku panggilkan─"

Grep.

North menahan tangan Arienne untuk pergi.

"Tidak apa-apa, Nona. Ini sering terjadi, aku hanya butuh tidur," ucapnya pelan. Yakin bahwa ia baik-baik saja. Bibirnya terangkat pelan.

"Tidurlah di kamarku. Aku tidak akan tidur, aku ingin berlatih pedang. Untuk sementara kau istirahat saja di sana."

"Berpedang? Dengan siapa?"

North begitu penasaran. Ia pikir kalau Arienne ingin belajar berpedang ia bisa mengajarinya.

"Oh, Demian berbaik hati mau mengajariku. Aku pasti akan menyerangnya dengan brutal." Gadis itu tidak menoleh, sibuk menggaruk leher Ayss. Seringai di wajahnya naik tanpa sadar.

"Tapi aku lebih jago darinya! Malam ini kau latihan bersamaku saja." North berkedip dengan mantap. Mendekatkan wajahnya tiba-tiba, Arienne mundur beberapa langkah.

SCYLLA'S WAY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang