[Telah diterbitkan]
Sepuluh tahun yang lalu, tepat saat Ethan pergi berlayar. Meninggalkan harta karun berharganya, Sang Adik. Ia membuat janji, bersumpah ia akan kembali. Sayang sekali, janji tersebut hanya omong kosong semata. Ethan tak pernah kem...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
...
Beberapa hari sebelum penobatan, jauh sebelum para bajak laut Caspian melewati tanda merah─mereka lebih dulu menghadapi bentrokan ular naga.
Gesekan pegang dan kulit ular itu memercikan api, suara gemuruh meriam yang ditembakkan, para awak serta regu inti dari bajak laut itu menyeru dengan semangat yang bergejolak.
Peluh yang berjatuhan membuahkan hasil, setiap kepala ular raksasa itu dipenggal. Menancapkan badannya pada bebatuan tajam, tidak peduli bangkai itu akan menjadi apa. Mereka melanjutkan perjalanannya.
"Oi, Ken! Kapten!"
"Ya, Garvin? Kau ada di sampingku, tidak perlu berteriak." Garvin menunjukkan muka masamnya, ada beberapa hal menyebalkan yang ingin diutarakan.
"Kau tahu, kan? Kita terlalu awal untuk ke Romani."
"Lalu?"
Garvin memukul kemudi kapal, berteriak pada Hugo yang sedang menarik layar pertama. "Hugo! Bantu aku membujuknya!"
Di atas Hugo menunduk untuk melihat apa yang terjadi, kemudian ia terjun dengan tali yang tergantung dan menapaki dek dengan sangat mulus.
"Sebenarnya aku netral, sih. Tapi selama ini ramalan Eiros tidak pernah meleset." Pernyataan yang dikatakan Hugo membuat Ken memainkan alisnya, "Kau dengar sendiri, kan?"
Garvin menggertakan giginya dan berakhir pasrah mengikuti arahan yang berlaku. Lalu keluarlah sosok penyebab pertikaian kecil mereka bersama kru yang lain.
"Kita dapat apa, Eiros? Katakanlah."
Ken menarik kursinya untuk duduk, dan menyimak apa yang akan Eiros terangkan. Meski Ken adalah seorang kapten, ia takkan segan untuk mengikuti apa yang Eiros sarankan. Anggap saja Ken adalah Raja dan Eiroa adalah penasehatnya. "Kalian duduk dulu, dan jangan menyela pembicaraan. Terutama Garvin dan Zaan." Keduanya tidak pernah akur, itulah kenapa.
Zaan melirik Garvin sekilas dan langsung menjulurkan lidahnya, "Blek!" Urat emosi Garvin bisa putus hanya karena melihat tingkah menyebalkan laki-laki itu.
Eiros menata kartu-kartu ramalan yang tak pernah absen dari sakunya. Tangannya meraba kartu-kartu tersebut setelah mengocoknya sambil memejamkan mata. Ia dapat merasakan energi kuat dari setiap kartu, tapi energi yang paling kuat akan ia ambil.
"Ini," ucap manusia setengah penyihir itu sembari membuka matanya. Sebenarnya setiap kartu isinya kosong, tapi ajaibnya jika salah satu atau beberapa yang ia pilih akan menunjukkan gambar-gambar acak.